Wednesday, May 04, 2005

Seni Menata Hati dalam Bergaul

AA Gym



Sahabat,

Orang berbuat baik kepada kita bukan karena kita bersikap baik, tapi karena orang lain yang bersikap baik dan mau mengert kita, maka berusahalah agar mudah dimengerti orang lain.

Semoga berguna artikel di bawah ini, mohon maaf bagi yang tidak berkenan dan jadikan hal ini sebagai wacana buat kita.

Pergaulan yang asli adalah pergaulan dari hati ke hati yang penuh keikhlasan yang insya Allah akan terasa sangat indah dan menyenangkan. Pergaulan yang penuh rekayasa dan tipu daya demi kepentingan yang bernilai rendah tidak akan pernah langgeng dan cenderung menjadi masalah.

1. AKU BUKAN ANCAMAN BAGIMU
Kita tidak boleh menjadi seorang yang merugikan orang lain, terlebih kalau kita simak Rasulullah Saw. bersabda, "Muslim yang terbaik adalah muslim yang muslim lainnya selamat/merasa aman dari gangguan lisan dan tangannya." (HR. Bukhari)

a. Hindari penghinaan - Apapun yang bersifat merendahkan, ejekan, penghinaan dalam bentuk apapun terhadap seseorang, baik tentang kepribadian, bentuk tubuh, dan sebagainya, jangan pernah dilakukan, karena tak ada masalah yang selesai dengan penghinaan, mencela, merendahkan, yang ada adalah perasaan sakit hati serta rasa dendam.

b. Hindari ikut campur urusan pribadi - Hindari pula ikut campur urusan pribadi seseorang yang tidak ada manfaatnya jika kita terlibat. Seperti yang kita maklumi setiap orang punya urusan pribadi yang sangat sensitif, yang bila terusik niscaya akan menimbulkan keberangan.

c. Hindari memotong pembicaraan - Sungguh dongkol bila kita sedang berbicara kemudian tiba-tiba dipotong dan disangkal, berbeda halnya bila uraian tuntas dan kemudian dikoreksi dengan cara yag arif, niscaya kita pun berkecenderungan menghargainya bahkan mungkin menerimanya. Maka latihlah diri kita untuk bersabar dalam mendengar dan mengoreksi dengan cara yang terbak pada waktu yang tepat.

d. Hindari membandingkan - Jangan pernah dengan sengaja membandingkan jasa, kebaikan, penamplan, harta, kedudukan seseorang sehingga yang mendengarnya merasa dirinya tidak berharga, rendah atau merasa terhina.

e. Jangan membela musuh, mencaci kawan - Membela musuh maka dianggap bergabung dengan musuhnya, begitu pula mencaci kawannya berarti memusuhi dirinya. Bersikaplah yang obyektif, sepanjang diri kita menginginkan kebaikan bagi semua pihak, dan sadar bahwa untuk berubah harus siap menjalani proses dan tahapan.

f. Hindari merusak kebahagiaan orang lain - Bila seseorang sedang berbahagia, janganlah melakukan tindakan yang akan merusak kebahagiaanya. Misalkan ada seseorang yang merasa beruntung mendapatkan hadiah dari luar negeri, padahal kita tahu persis bahwa barang tersebut buatan dalam negeri, maka kita tak perlu menyampaikannya, biarlah dia berbahagia mendapatkan oleh-oleh tersebut.

g. Jangan mengungkit masa lalu - Apalagi jika yang diungkit adalah kesalahan, aib atau kekurangan yang sedang berusaha ditutupi. Ingatlah bahwa setiap orang memiliki kesalahan yang sangat ingin disembunyikannya, termasuk diri kita, maka jangan pernah usil untuk mengungkit dan membeberkannya, hal seperti ini sama dengan mengajak
bermusuhan.

h. Jangan mengambil hak orang lain - Jangan pernah terpikir untuk menikmati hak orang lain, setiap gangguan terhadap hak seseorang akan menimbulkan rasa tidak suka dan perlawanan yang tentu akan merusak hubungan.. Sepatutnya kita harus belajar menikmati hak kita, agar bermanfaat dan menjadi bahan kebahagiaan orang lain.

i. Hati-hati dengan kemarahan - Bila anda marah, maka waspadalah karena kemarahan yang tak terkendali biasanya menghasilkan kata dan perilaku yang keji, yang sangat melukai, dan tentu perbuatan ini akan menghancurkan hubungan baik di lingkungan manapun. Kita harus mulai berlatih mengendalikan kemarahan sekuat tenaga dan tak usah sungkan untuk meminta maaf andai kata ucaan dirasakan berlebihan.

j. Jangan menertawakan orang lain - Sebagian besar dari sikap menertawakan seseorang adalah karena kekurangannnya, baik sikap, penampilan, bentuk rupa, ucapan dan lain sebagainya, dan ingatlah bahwa tertawa yang tidak pada tempatnya serta berlebihan akan mengundang rasa sakit hati.

k. Hati-hati dengan penampilan, bau badan dan bau mulut - Tidak ada salahnya kita selalu mengontrol penampilan, bau badan atau mulut kita, karena penampilan atau bau badan yang tidak segar akan membuat orang lain merasa terusik kenyamanannya, dan cenderung ingin menghindari kita.

2. AKU MENYENANGKAN BAGIMU

a. Wajah yang selalu cerah ceria - Rasulullah senantiasa berwajah ceria, beliau pernah besabda, "Janganlah terlalu membebani jiwamu dengan segala kesungguhan hati. Hiburlah dirimu dengan hal-hal yang ringan dan lucu, sebab bila hati terus dipaksakan memikul beban-beban yang berat, ia akan menjadi buta". (Sunan Abu Dawud).

b. Senyum tulus - Rasulullah senantiasa tersenyum manis sekali dan ini sangat menyenangkan bagi siapapun yang menatapnya. Senyum adalah sedekah, senyuman yang tulus memiliki daya sentuh yang dalam ke dalam lubuk hati siapapun, senyum adalah nikmat Allah yang besar bagi manusia yang mencintai kebaikan. Senyum tidak dimiliki oleh orang-orang yang keji, sombong, angkuh, dan orang yang busuk hati.

c. Kata-kata yang santun dan lembut - Pilihlah kata-kata yang paling sopan dengan dan sampaikan dengan cara yang lembut, karena sikap seperti itulah yang dilakukan Rasulullah, ketika berbincang dengan para sahabatnya, sehingga terbangun suasana yang menyenangkan. Hindari kata yang kasar, menyakitkan, merendahkan, mempermalukan, serta hindari pula nada suara yang keras dan berlebihan.


^Back to Top^

Monday, April 04, 2005

Berfikir dengan Hati



Mungkin benar tatkala kita kehilangan barulah kita menyadari. Mungkin benar saat kita terluka barulah kita mengerti. Mungkin benar bila kita rasakan rindu yang sangat dalam barulah kita tahu seberapa besar makna dan arti seseorang bagi kita.

Ada orang yang mengerti dan tahu bagaimana memperhatikan dan mencintai. Namun tak sedikit juga mereka yang tak pernah tahu caranya. Tak sedikit mereka yang melakukannya apa adanya karena tak pernah tahu bagaimana. Tapi sebenarnya dalam hati mereka tulus dan sangat peduli.

Ada yang menangis tuk ekpresikan cintanya namun ada yang tersenyum sebagai ungkapan cinta. Ada yang terluka karena mencintai namun ada yang bahagia karenanya. Ada yang terpaksa berdusta karena sangat mencintai namun tuntutan kejujuran menutupi mata yang dicintai.

Semuanya selalu ada dalam rangkaian kehidupan sebagai bagian yang tak terpisahkan

Untuk itu.............

Gunakanlah pikiran saat berhadapan dengan dirimu sendiri dan gunakanlah hati saat menghadapi orang lain.

Karena berpikir dengan hati lebih cerdas dari apapun.

-cheers

(to TOP)

A Friend



(A)ccepts you as you are

(B)elieves in "you"

(C)alls you just to say "HI"

(D)oesn't give up on you

(E)nvisions the whole of you (even the unfinished parts)

(F)orgives your mistakes

(G)ives unconditionally

(H)elps you

(I)nvites you over

(J)ust "be" with you

(K)eeps you close at heart

(L)oves you for who you are

(M)akes a difference in your life

(N)ever Judges

(O)ffer support

(P)icks you up

(Q)uiets your fears

(R)aises your spirits

(S)ays nice things about you

(T)ells you the truth when you need to hear it

(U)nderstands you

(V)alues you

(W)alks beside you

(X)-plains thing you don't understand

(Y)ells when you won't listen and

(Z)aps you back to reality

-cheers

^To Top^

Mengapa Lelaki Berbohong




Suatu hari, ketika saya sedang menebang pohon, saya kehilangan kapak saya karena jatuh kesungai.
Lalu saya menangis dan berdoa, sehingga Dewa muncul.
"Mengapa kamu menangis?"
Sambil terisak saya menceritakan bahwa kapak sebagai sumber penghasilan satu-satunya telah jatuh kesungai.

Lalu Dewa menghilang dan muncul kembali membawa kapak emas.
"Apakah ini kapakmu?"
"Bukan, Dewa " kata saya
Lalu Dewa muncul kembali membawa kapak perak.
"Apakah ini kapakmu?"
"Bukan, Dewa."
Lalu Dewa mengeluarkan sebuah kapak yang jelek dengan pegangan kayu dan mata besi.
"Apakah ini kapakmu?"
"Ya, Dewa, benar ini kapak saya"
"Kamu orang jujur, karena itu Aku akan memberikan ketiga kapak ini untukmu sebagai upah kejujuranmu"
Tentu saja saya sangat bersyukur dan pulang dengan gembira.

Beberapa hari kemudian ketika sedang menyeberang sungai, istri saya terjatuh dan hanyut.

Lagi, saya menangis dan berdoa. Kemudian Dewa muncul.
"Mengapa kamu menangis?"
"Istri saya satu-satunya yang sangat saya cintai terjatuh ke sungai, Dewa"
Lalu Dewa menghilang kedalam sungai dan muncul kembali dengan membawa Tamara Bleszinski.
"Apakah ini istrimu?"
"Ya, Dewa"
Lalu Dewa marah dan berkata "Kamu berbohong, kemana perginya kejujuranmu?"

Dengan takut dan gemetar saya berkata, "Dewa, seandainya saya tadi menjawab tidak,
Dewa akan kembali dengan membawa Agnes Monica dan jika saat itu saya juga menjawab tidak, Dewa akan kembali membawa istri saya yang asli, dan jika ketika itu saya menjawab iya, Dewa akan memberikan ketiganya untuk menjadi istri saya. Saya ini orang
miskin,Dewa,tidak mungkin saya bisa membahagiakan tiga orang istri..."

KESIMPULAN: Saya berbohong itu demi kebahagiaan orang lain...
-Love

^Back to Top^

Istriku, Maafkan Suamimu

Dikutip dari Artikel Buletin An-Nur (Al Sofwah)


Permintaan maaf adalah kata yang selayaknya sering diucapkan untuk melanggengkan hubungan suami isteri, sehingga bahtera rumah tangga berhasil mencapai tujuan.

"Duhai sayang, maafkan saya"... "Aku tiada bermaksud demikian"... "Aku telah salah dalam memberikan hakmu" ... adalah ungkapan-ungkapan yang sering kita gunakan tetapi memiliki satu makna, yaitu meminta maaf yang merupakan terminal yang pasti akan kita lalui dalam melanggengkan kehidupan suami istri dari keruntuhan dan kehancuran.

Sesungguhnya suami isteri secara bersama, masing-masing memiliki saham dalam keberhasilan dan kebahagiaan keluarganya, lalu kenapa salah seorang di antara mereka berdua memunculkan kalimat "kebencian" pada saat muncul masalah!!! Andai salah seorang dari mereka berdua berbuat salah, lalu ia meminta maaf kepada pasangannya, apakah hal ini akan menghinakan dirinya?

Jika seperti itu sikap suami isteri, tentulah kehidupan mereka akan mengalami satu dari dua hal:

1. mungkin akan langgeng rumah tangganya tetapi kurang harmonis dan banyak perselisihan,
2. dan mungkin juga akan berujung kepada hancurnya kehidupan suami isteri, cerai.

Kehidupan suami isteri itu ibarat sebuah kapal yang sedang berlayar, padanya ada nahkoda dan awak kapal. Semua yang ada di dalam kapal itu bahu-membahu
berusaha menyelamat kan kapal yang mereka tumpangi pada saat saat kapal ditimpa badai agar semuanya selamat dan sampai ke "pulau idaman".

Demikian juga halnya suami, Allah menjadikannya sebagai pemimpin bahtera rumah tangga, pelindung, dan pengayom bagi keluarga, bertanggung jawab atas kehidupan mereka. Kepemimpinan yang diembannya itu adalah tugas,bukan intimidasi atas
kesewenang-wenangan.

Maka suami yang baik adalah orang yang memahami kebutuhan dan perasaan isterinya, dan menjadikan tampuk kepemimpinannya penuh dengan kasih sayang, kesejukan dan kedewasaan, tidak mudah emosi, namun tetap tegas pada saat harus bersikap tegas !!!

Akan tetapi, sebagian suami yang meremehkan tugas ini memahami, bahwa meminta maaf kepada istri akan menghinakan dirinya sebagai laki-laki, bahkan ia berpendirian bahwa kemuliaannya tidak membolehkan dirinya untuk mengucapkan kalimat "Istriku, maafkan aku, aku salah" kepada isteri-nya, bagaimanapun keadaannya. !!!

Maka, keegoannya terus ia pertahankan dan istri selalu diposisikan "bersalah", ia tidak pernah meminta maaf kepadanya, yang kemudian menyeretnya kepada kehancuran
rumah tangga dan kalimat "cerai" pun tak terhindarkan, padahal sangat mungkin rumah tangga itu bisa dilanggengkan dengan ucapan "maafkan suamimu, sayang".


KETIKA "RASA GENGSI" IKUT CAMPUR

Seorang istri pernah menceritakan tentang pengalamannya:

Dahulu, kehidupanku bersama suamiku demikian bahagia. Akan tetapi itu semua berubah ketika terjadi beberapa percekcokan tentang urusan rumah. Waktu itu aku tinggal bersama di rumah mertuaku, maka aku memutuskan untuk pindah dan keluar dari rumah mertuaku, walaupun sendirian. Suamiku menolak rencanaku dan menjelaskan, bahwa ia suatu hari nanti akan bisa memiliki rumah sendiri.

Dan terkadang suamiku memberi alasan tidak bisa meninggalkan ibunya, dan lain-lain, sampai suatu hari, terjadilah perselisihan antara aku dengan suamiku. Aku memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah mertuaku dan kembali ke rumah orang tuaku, dan aku katakan, jangan menjenguk atau menjemputku sebelum engkau memiliki rumah sendiri. Maka, aku dan suamiku pun sama-sama bersikukuh dengan pendirian masing-masing.

Dan sungguh aku pun akhirnya menyesali perbuatanku. Akan tetapi aku ingin mengetahui sejauh mana kedudukanku di sisi suamiku. Ternyata, suamiku bersikukuh tidak mau memaafkanku dan tidak berusaha meredakan suasana.

Ia mengatakan, "Bertobatlah kepada Allah, dan kembalilah ke rumah ini, jika kamu tidak mau tobat, maka cukup bagiku untuk menceraikanmu."

Demikianlah kepribadian kebanyakan suami, dan sangat sedikit yang bersikap dewasa. Bahkan di antara mereka ada yang sampai tidak mau mengasihi dan menyayangi isterinya, walaupun hanya dengan satu kata yang dicintai isterinya apalagi sampai mau memaafkan
isterinya tersebut.

Seorang istri lagi menuturkan:

Para suami kita, sangat disayangkan sekali, mereka sangat mudah mengungkapkan kata-katanya kepada kita, kecuali "ungkapan maaf", bagaimana pun keadaannya.
Suamiku sangat temperamental, tabiatnya keras dalam mempergauliku. Ia selalu mengucapkan ungkapan-ungkapan kasar kepadaku, bahkan ia pun pernah memukulku. Dan
aku tetap bersabar sekalipun aku dalam posisi yang benar. Tetapi suamiku tidak mau mengubah pendiriannya sampai akhirnya aku yang meminta maaf kepadanya, baik yang salah adalah aku ataupun sebaliknya.

Dengan berlalunya waktu sekian tahun, sikap suamiku kepadaku bertambah jelek, hingga memupus kesabaranku. Setelah terjadi perselisihan antara aku dan suamiku,
aku memutuskan untuk pulang ke rumah orang tuaku. Aku menunggu, semoga suamiku mau datang dan meminta maaf atas perilakunya selama ini atau barangkali ia mau menelponku. Akan tetapi ia tidak melakukan itu semua, sampai aku mendengar tentang dirinya, ia merasa selama ini bersalah, kini menyesal atas perbuatannya yang
telah menzhalimi aku. Akan tetapi, ia tidak mau meminta maaf kepadaku, karena keegoisan dan kegengsiannya serta merasa menjadi hina dengan hal itu. Hingga terjadilah cerai atas permintaanku.

Adapun kisah Abu Khalid, ia mengatakan, "Habis sudah kehidupan ku bersama isteriku, padahal aku mencintainya, akan tetapi dengan sebab ketidakharmonisan, dan aku enggan meminta maaf kepadanya, hingga akhirnya aku menerlantarkan anak-anakku hidup tanpa ibu."

Masalahnya adalah, bahwa isteriku adalah karyawati.
Maka, aku katakan padanya berkali-kali untuk meninggalkan pekerjaannya dan berkonsentrasi mengurus anak-anak. Akan tetapi isteriku menolak membicarakan
masalah itu. Dan ketika aku larang dia berangkat ke kantor, terjadilah perselisihan antara aku dengan dia.

Dan aku terpeleset salah dalam berkata, aku mengatainya agak lama, maka ia pun pergi pulang ke rumah orang tuanya.
Maka, ia pun mengingatkan agar aku meminta maaf dan mengetahui kesalahanku ketika mengatai dirinya. Akan tetapi aku menjadi sombong dan aku pun menceraikannya hanya untuk mempertahankan harga diriku sebagai laki-laki. Kini aku benar-benar menyesal dengan penuh penyesalan.


TERAPI JIWA ADALAH SOLUSINYA

Dr. Najwa Ibrahim, seorang Guru besar Psikologi menjelaskan, bahwa pendidikan dan latar belakang hidup seseorang bisa berdampak sangat penting dalam cepatnya dia meminta maaf atau tidak. Beliau berkata, di antara sebab-sebabnya adalah sebagai berikut:

- Metode pendidikan yang telah memberi pengaruh kepadanya sehingga dia begitu sulit meminta maaf atau mengungkapkan kata "maaf" .

- Diantara metode ini adalah metode yang ditanamkan kepada kita ketika kecil dalam meminta maaf, baik suka atau tidak. Meminta maaf dikaitkan dengan emosi dan dari pihak yang kalah.

- Pandangan atau keyakinan yang tidak rasional yang tertanam didalam fikiran kita dan begitu besar dampaknya adalah "bahwa laki-laki tidak boleh meminta maaf kepada perempuan";

- Anggapan, orang yang meminta maaf itu lemah kepribadiannya.

Maka, sudah semestinya seorang suami atau isteri merasa, bahwa ketika perilakunya menimbulkan kemarahan atau melukai perasaan pasangannya, ungkapan "maaf" lah yang bisa menghilangkan "ketersinggungan hati dan mencairkan ketegangan".

Meminta maaf pada saat yang tepat juga bisa menghilangkan banyak hal yang bisa merusak hubungan suami isteri, andai tidak segera dieliminir.


MEMINTA MAAF ADALAH SIFAT JANTAN

Dr. Muhammad Musthafa, Guru Besar psikologi dan sosiologi Univ. Malik Su'ud, mengatakan bahwa meminta maaf adalah merupakan wujud sifat jantan dari seorang
suami atau siapapun yang berbuat salah. Meminta maaf bukan sifat yang dimiliki oleh orang yang lemah, sebagaimana persangkaan sebagian orang, di mana mereka mengatakan:

Semua orang pernah berbuat salah, namun sedikit orang yang jantan meminta maaf dari kesalahannya kepada orang lain. Apalagi jika yang dimintai maaf itu adalah isterinya. Sebab, setiap suami berbeda-beda cara dan tabiatnya. Sebagian meminta maaf dengan cara tidak langsung akan tetapi mencapai tujuan dan sebagian menghindar dari masalah yang ia alami karena demi masa depan dan kejiwaan anak-anaknya yang akan hancur bila
mereka berpisah. Ada sebahagian suami yang berlebih-lebihan, ia menolak meminta maaf karena gengsi dan egois, padahal para pakar psikososial menyatakan bahwa meminta maaf bukanlah hal yang jelek.

Maka, meminta maaf adalah sesuatu yang mesti dilakukan, dan bagi orang yang bersalah lebih ditekankan lagi. Apabila seseorang berbuat salah, maka tidak ada yang layak baginya selain meminta maaf.

Orang yang bersikukuh menolak meminta maaf kepada pasangannya dengan alasan akan mengurangi kehormatannya, maka orang yang demikian terkena penyakit jiwa. Sebab, diantara sifat kemuliaan adalah meminta maaf ketika berbuat salah kepada orang lain.


ADA APA DENGAN SIFAT LAKI-LAKI

Sifat kejantanan mengarahkan seseorang untuk meminta maaf jika berbuat salah kepada isterinya atau kepada orang lain. Sebab jantan berarti jujur dan luhurnya budi pekerti. Di saat seorang suami meminta maaf, maka ia tidak jatuh di mata isterinya atau akan jatuh harga dirinya sebagaimana gambaran sebagian suami. Bahkan itu akan mengangkat kedudukannya di mata isterinya; sebab itu akan menjadi pelajaran dalam amanah dan keluhuran budi dan kehormatan itu sendiri.

Maka, meminta maaf bukan merupakan kelemahan, bahkan kelemahan itu sendiri adalah seseorang menyembunyikan kesalahannya dan berlindung dibalik kesombongan dan bersikukuh dengannya.

Dan banyak problem suami isteri diawali dengan adanya kesombongan sang suami dan enggan untuk meminta maaf kepada isterinya ketika ia mema-rahi sang isteri. Maka, sudah semestinya para suami ingat, bahwa dengan ia meminta maaf atas kesalahan kepada isterinya, akan bisa mengembalikan "air" ke dalam alirannya, mengembalikan perasaan romatis, merekahnya kecintaan di antara kalian berdua, walaupun sifat kelaki-lakianmu merasa enggan untuk itu.

Mintalah maaf kepada istrimu atas kesalahan dan kelalaianmu, wahai para suami! Walau tidak kau sampaikan secara langsung. Sebab dengan itu rumah tangga akan menjadi damai, sejahtera dan harmonis.

Semoga!

Sumber: Majalah ad Dakwah, dengan beberapa pengurangan
sub bab dan kalimat. (Abu Muhammad)

^Back to Top^

Waktu dan Cinta



Alkisah di suatu pulau kecil, tinggallah berbagai macam benda-benda abstrak:
ada Cinta, Kesedihan, Kekayaan, Kegembiraan, Kecantikan dan Waktu. Mereka hidup berdampingan dengan baik.

Namun suatu ketika, datang badai menghempas pulau kecil itu dan air laut tiba-tiba naik dan akan menenggelamkan pulau itu. Semua penghuni pulau cepat-cepat berusaha menyelamatkan diri.

Cinta sangat kebingungan sebab ia tidak dapat berenang dan tak mempunyai perahu. Ia berdiri di tepi pantai mencoba mencari pertolongan.
Sementara itu air makin naik membasahi kaki Cinta. Tak lama Cinta melihat Kekayaan
sedang mengayuh perahu.

"Kekayaan! Kekayaan! Tolong aku!" teriak Cinta.
"Aduh! Maaf, Cinta!" kata Kekayaan, perahuku telah penuh dengan harta bendaku. Aku tak dapat membawa-mu serta, nanti perahu ini tenggelam. Lagipula tak ada tempat lagi bagimu di perahuku ini."

Lalu Kekayaan cepat-cepat mengayuh perahunya pergi. Cinta sedih sekali, namun emudian dilihatnya Kegembiraan lewat dengan perahunya.

"Kegembiraan! Tolong aku!", teriak Cinta.
Namun Kegembiraan terlalu gembira karena ia menemukan perahu sehingga ia tak mendengar teriakan Cinta. Air makin tinggi membasahi Cinta sampai kepinggang dan Cinta semakin panik.

Tak lama lewatlah Kecantikan.
"Kecantikan! Bawalah aku bersamamu!", teriak Cinta.
"Wah, Cinta, kamu basah dan kotor. Aku tak bisa membawamu ikut. Nanti kamu mengotori perahuku yang indah ini." sahut Kecantikan.

Cinta sedih sekali mendengarnya. Ia mulai menangis terisak-isak. Saat itu lewatlah
Kesedihan.
"Oh, Kesedihan, bawalah aku bersamamu," kata Cinta.
"Maaf, Cinta. Aku sedang sedih dan aku ingin sendirian saja" kata Kesedihan sambil terus mengayuh perahunya.

Cinta putus asa. Ia merasakan air makin naik dan akan menenggelam-kannya.

Pada saat kritis itulah tiba-tiba terdengar suara, "Cinta! Mari cepat naik ke perahuku!" Cinta menoleh ke arah suara itu dan melihat seorang tua dengan perahunya.
Cepat-cepat Cinta naik ke perahu itu, tepat sebelum air menenggelamkannya.

Di pulau terdekat, orang tua itu menurunkan Cinta dan segera pergi lagi. Pada saat itu barulah Cinta sadar bahwa ia sama sekali tidak mengetahui siapa orang tua yang menyelamatkannya itu. Cinta segera menanyakannya kepada seorang penduduk tua di pulau itu, siapa sebenarnya orang tua itu.

"Oh, orang tua tadi? Dia adalah Waktu." kata orang itu.
"Tapi, mengapa ia menyelamatkanku? Aku tak mengenalnya. Bahkan teman-teman yang mengenalku pun enggan menolongku" tanya Cinta heran.

"Sebab," kata orang itu, "hanya Waktulah yang tahu berapa nilai sesungguhnya dari
Cinta itu ..."

^Back to Top^

Tidak selalu harus berwujud "bunga"

A Touching Story .. Can U feel it too ? It's
All Depend In Your Depest Heart...

Suami saya adalah seorang insinyur, saya mencintai sifatnya yang alami dan saya menyukai perasaan hangat yang muncul di hati saya ketika saya bersandar di bahunya yang bidang. Tiga tahun dalam masa perkenalan, dan dua tahun dalam masa pernikahan,
saya harus akui, bahwa saya mulai merasa lelah, alasan-2 saya mencintainya dulu telah berubah menjadi sesuatu yang menjemukan.

Saya seorang wanita yang sentimentil dan benar-2 sensitif serta berperasaan halus. Saya merindukan saat-saat romantis seperti seorang anak yang menginginkan permen. Tetapi semua itu tidak pernah saya dapatkan. Suami saya jauh berbeda dari yang saya harapkan. Rasa sensitif-nya kurang, dan ketidakmampuannya dalam menciptakan suasana yang romantis dalam pernikahan kami telah mementahkan semua harapan saya akan cinta yang ideal.

Suatu hari, saya beranikan diri untuk mengatakan keputusan saya kepadanya, bahwa saya menginginkan perceraian.
"Mengapa?", dia bertanya dengan terkejut.
"Saya lelah, kamu tidak pernah bisa memberikan cinta yang saya inginkan"
Dia terdiam dan termenung sepanjang malam di depan komputernya, tampak seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak.

Kekecewaan saya semakin bertambah, seorang pria yang bahkan tidak dapat mengekspresikan perasaannya, apalagi yang bisa saya harapkan darinya? Dan akhirnya dia bertanya, "Apa yang dapat saya lakukan untuk merubah pikiranmu?". Saya menatap matanya dalam-dalam dan menjawab dengan pelan, "Saya punya pertanyaan, jika kau dapat menemukan jawabannya di dalam hati saya, saya akan merubah pikiran saya:

Seandainya, saya menyukai setangkai bunga indah yang ada di tebing gunung dan kita berdua tahu jika kamu memanjat gunung itu, kamu akan mati. Apakah kamu akan melakukannya untuk saya?"

Dia termenung dan akhirnya berkata, "Saya akan memberikan jawabannya besok."

Hati saya langsung gundah mendengar responnya.

Keesokan paginya, dia tidak ada dirumah, dan saya menemukan selembar kertas dengan oret-2an tangannya dibawah sebuah gelas yang berisi susu hangat yang bertuliskan....

"Sayang, saya tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi ijinkan saya untuk menjelaskan alasannya."
Kalimat pertama ini menghancurkan hati saya. Saya melanjutkan untuk membacanya.

"Kamu bisa mengetik di komputer dan selalu mengacaukan program di PC-nya dan akhirnya menangis di depan monitor, saya harus memberikan jari-2 saya supaya bisa membantumu dan memperbaiki programnya."

"Kamu selalu lupa membawa kunci rumah ketika kamu keluar rumah, dan saya harus memberikan kaki saya supaya bisa mendobrak pintu, dan membukakan pintu untukmu ketika pulang."

"Kamu suka jalan-2 ke luar kota tetapi selalu nyasar di tempat-tempat baru yang kamu kunjungi, saya harus menunggu di rumah agar bisa memberikan mata saya untuk mengarahkanmu."

"Kamu selalu pegal-2 pada waktu 'teman baikmu' datang setiap bulannya, dan saya harus memberikan tangan saya untuk memijat kakimu yang pegal."

"Kamu senang diam di rumah, dan saya selalu kuatir kamu akan menjadi 'aneh'. Dan harus membelikan sesuatu yang dapat menghiburmu di rumah atau meminjamkan lidahku untuk menceritakan hal-hal lucu yang aku alami."

"Kamu selalu menatap komputermu, membaca buku dan itu tidak baik untuk kesehatan matamu, saya harus menjaga mata saya agar ketika kita tua nanti, saya masih dapat menolong mengguntingkan kukumu dan mencabuti ubanmu."

"Tanganku akan memegang tanganmu, membimbingmu menelusuri pantai, menikmati matahari pagi dan pasir yang indah. Menceritakan warna-2 bunga yang bersinar dan indah seperti cantiknya wajahmu".

"Tetapi sayangku, saya tidak akan mengambil bunga itu untuk mati.
Karena, saya tidak sanggup melihat air matamu mengalir menangisi kematianku."

"Sayangku, saya tahu, ada banyak orang yang bisa mencintaimu lebih dari saya mencintaimu."

"Untuk itu sayang, jika semua yang telah diberikan tanganku, kakiku, mataku tidak cukup bagimu, aku tidak bisa menahan dirimu mencari tangan, kaki, dan mata lain yang dapat membahagiakanmu."

Air mata saya jatuh ke atas tulisannya dan membuat tintanya menjadi kabur, tetapi saya tetap berusaha untuk terus membacanya.

"Dan sekarang, sayangku, kamu telah selesai membaca jawaban saya.

Jika kamu puas dengan semua jawaban ini, dan tetap menginginkanku untuk tinggal di rumah ini, tolong bukakan pintu rumah kita, saya sekarang sedang berdiri disana menunggu jawabanmu."

"Jika kamu tidak puas, sayangku, biarkan aku masuk untuk membereskan barang-barangku, dan aku tidak akan mempersulit hidupmu. Percayalah, bahagiaku bila kau bahagia."

Saya segera berlari membuka pintu dan melihatnya berdiri di depan pintu dengan wajah penasaran sambil tangannya memegang susu dan roti kesukaanku. Oh, kini saya tahu, tidak ada orang yang pernah mencintai saya lebih dari dia mencintaiku.

Itulah cinta, di saat kita merasa cinta itu telah berangsur-angsur hilang dari hati kita karena kita merasa dia tidak dapat memberikan cinta dalam wujud yang kita inginkan, maka cinta itu sesungguhnya telah hadir dalam wujud lain yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.

Let's your tear drop and feel the sense of love...!

^Back to Top^

Keberuntungan

BERIKUT INI ADALAH SEBUAH TANTRA TOTEM KEBERUNTUNGAN CINA

Anda mungkin tidak percaya ini tapi nasehatnya luarbiasa.
Baca sampai habis, anda akan belajar sesuatu !!!

SATU.
berikan mereka lebih dari yang mereka harapkan dan
lakukan itu dengan senang hati.

DUA.
Menikahlah dengan pria/wanita yang anda cintai.
Ketika anda beranjak tua, keahlian percakapan mereka
akan mejadi sepenting seperti hal lain.

TIGA.
Jangan percaya dengan apa yang anda dengar,
Habiskan apa anda miliki atau tidur semau anda.

EMPAT.
Ketika anda ucapkan, "Aku mencintaimu", Seriuslah.

LIMA.
Ketika anda ucapkan, "Maafkan saya", pandang mata orang itu.

ENAM.
Tunanganlah sedikitnya enam bulan sebelum anda menikah.

TUJUH.
Percayalah pada cinta pandangan pertama.

DELAPAN.
Jangan tertawakan/remehkan impian orang.
Orang yang tidak punya impian adalah miskin.

SEMBILAN.
Cintailah dengan mendalam dan bergairah.
Anda mungkin akan terluka, tapi ini satu-satunya cara untuk menjalani hidup sebenarnya.

SEPULUH.
Saat terjadi percekcokan/pertengkaran, Janganlah menyebut nama.

SEBELAS.
Jangan menilai orang karena dengan siapa mereka berteman.

DUABELAS.
Bicaralah pelan tapi berpikirlah cepat.

TIGABELAS.
Ketika seseorang mengajukan pertanyaan, yang anda sendiri tidak ingin menjawabnya,
tersenyumlah dan tanya, "Kenapa anda ingin tahu?"

EMPATBELAS.
Ingat bahwa cinta dan kesuksesan besar membutuhkan pengorbanan.

LIMABELAS.
Ucapkan "berkah bagimu" saat anda mendengar orang bersin.

ENAMBELAS.
Ketika anda kalah, jangan lupakan pelajaran yang didapat.

TUJUHBELAS.
Hargai diri sendiri;
Hargai orang lain;
Bertanggung jawab pada semua yang anda lakukan.

DELAPANBELAS.
Jangan biarkan pertengkaran kecil merusak persahabatan yang besar.

SEMBILANBELAS.
Ketika anda sadar telah berbuat kesalahan Ambil langkah segera untuk
memperbaikinya.

DUAPULUH.
Tersenyumlah saat menerima telepon.
Penelpon akan mendengarnya dari suara anda.

DUAPULUH DUA.
Habiskan waktu sendirian.

-----

^Back to Top^

Friday, April 01, 2005

Kewajiban Anak Kepada Orangtua yang Sudah Meninggal

Disadur dari buku : Orang-orang yang dicintai Allah, oleh Syeikh Sa'id
Hawwa, hal 19 - 20



"Ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah saw. "Wahai Rasulullah, apakah masih ada kewajiban atas hamba padahal kedua orangtua hamba sudah meninggal?" Rasulullah saw menjawab, 'Ya, masih ada kewajiban atasmu yaitu, kamu harus mendoakannya, memohonkan ampun atas dosa-dosa keduanya, menunaikan janji keduanya, menyambung tali silaturahmi yang terputus dan memuliakan teman-teman orang tuamu." (HR. Imam Abu Daud dari Usaid
as-Sa'idi)

^Back to Top^

Saturday, March 26, 2005

No Smoking, Tidak Merokok Karena Allah

NO SMOKING-Tidak Merokok Karena Allah, Media Hidayah, hlm47-54
Karya dari : Syaikh Muhammad Jamil Zainu



Rokok memang sesuatu yang tidak ditemukan di zaman Nabi, akan tetapi agama Islam telah menurunkan nash-nash yang universal, semua hal yang membahayakan diri, mencelakakan orang lain dan menghambur-hamburkan harta adalah hal yang haram.

Berikut ini dalil-dalil yang menunjukkan keharaman rokok :

1. Firman Allah: "Nabi tersebut menghalalkan untuk mereka semua hal yang baik dan mengharamkan untuk mereka semua hal yang jelek." (QS. Al A'raf:157)

Bukankah rokok termasuk barang yang jelek, berbahaya dan berbau tidak enak?

2. Firman Allah: "Janganlah kalian campakkan diri kalian dalam kehancuran"
(QS. Al Baqarah: 195)

Padahal rokok bisa menyebabkan orang terkena berbagai penyakit berbahaya seperti kanker dan TBC.

3. Firman Allah: "Dan janganlah kalian melakukan perbuatan bunuh diri"
(QS.An Nisa: 29)

Padahal merokok merupakan usaha untuk membunuh diri secara pelan-pelan.

4. Ketika menjelaskan tentang khamr dan judi, Allah berfirman: "Dan dosa keduanya (khamr dan judi) lebih besar daripada manfaat dua hal tersebut."
(QS. Al Baqarah: 219)

Demikian pula dengan rokok, bahaya yang ditimbulkannya lebih besar daripada manfaatnya, bahkan rokok sedikitpun tidak mengandung manfaat.

5. Firman Allah: "Dan janganlah engkau bersikap boros, sesungguhnya orang yang suka memboroskan hartanya merupakan saudara-saudara setan." (QS. Al Isra:26-27)

Telah jelas bahwa merokok merupakan perbuatan perbuatan boros dan menghambur- hamburkan harta benda.

6. Allah berfirman tentang makanan penduduk neraka: "Tidak ada makanan mereka kecuali dari pohon yang berduri. Makanan tersebut tidak menyebabkan gemuk dan tidak pula bisa menghilangkan rasa lapar." (QS. Al Ghasiyah:6-7)

Demikian pula dengan rokok, tidak membuat gemuk dan menghilangkan rasa lapar, sehingga rokok itu menyerupai makanan penduduk neraka.

7. Sabda Nabi shollallaahu 'alaihi wa sallam: "Tidak boleh membahayakan diri sendiri maupun orang lain." (HR. Ahmad, shahih)

Padahal rokok itu dapat membahayakan diri sendiri ataupun orang lain serta menyia- nyiakan harta.

8. Sabda Nabi shollallaahu 'alaihi wa sallam: "Sesungguhnya Allah itu membenci tiga perkara untuk kalian, (yakni) berita yang tidak jelas, menghambur-hamburkan harta dan banyak bertanya." (HR. Bukhari dan Muslim)

Padahal merokok termasuk membuang harta.

9. Sabda Nabi shollallaahu 'alaihi wa sallam: "Setiap (dosa) umatku dimaafkan (akan diampunkan) kecuali orang yang terang-terangan berbuat dosa."
(HR. Bukhari dan Muslim).

Artinya setiap umat Islam itu akan memperoleh pengampunan kecuali orang yang berbuat dosa dengan terang-terangan, sebagaimana para perokok yang merokok tanpa rasa malu-malu, bahkan mengajak orang lain untuk berbuat kemungkaran seperti mereka.

10. Sabda Nabi shollallaahu 'alaihi wa sallam: "Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka janganlah ia mengganggu tetangganya." (HR. Bukhari)

Bau tidak sedap karena merokok sangat mengganggu istri, anak dan tetangga terutama malaikat dan orang-orang yang shalat di masjid.

11. Sabda Nabi shollallaahu 'alaihi wa sallam: "Tidaklah dua telapak kaki seorang hamba bias bergeser pada hari kiamat sebelum ditanya mengenai empat perkara, (yakni) tentang kemana ia habiskan umurnya; untuk apa ia gunakan ilmunya; dari mana ia memperoleh harta dan kemana ia belanjakan; untuk apa ia pergunakan tubuhnya."
(HR. Tirmidzi, dishahihkan oleh Al Albani dalam kitab Shahih Al Jami dan Kitab Silsilah Shahihan)

Padahal seorang perokok membelanjakan hartanya untuk membeli rokok yang haram. Benda yang sangat berbahaya bagi tubuh dan mengganggu orang lain yang berada di dekatnya.

12. Sabda Nabi shollallaahu 'alaihi wa sallam: "Barang yang dalam jumlah besarnya dapat memabukkan, maka statusnya tetap haram meski dalam jumlah sedikit."
(HR. Ahmad dan lain-lain, shahih)

Padahal asap rokok dalam jumlah banyak dapat memabukkan, terutama untuk orang yang tidak terbiasa merokok; atau pada saat perokok menghisap asap dalam jumlah yang banyak maka orang tersebut akan sedikit mabuk. Hal ini telah ditegaskan oleh seorang dokter dari Jerman dan seorang perokok yang pernah mencoba, sebagaimana penjelasan di atas.

13. Sabda Nabi shollallaahu 'alaihi wa sallam: "Barangsiapa makan bawang merah atau bawang putih maka hendaklah menjauhi kami, masjid kami dan hendaklah ia berdiam saja di rumahnya." (HR. Bukhari dan Muslim)

Sebagian orang tidak bisa menerima pengharaman rokok meski dalil-dalil yang menunjukkan keharaman rokok itu banyak sekali sebagaimana di atas.
Khusus bagi perokok yang masih suka berkilah tersebut, maka kami katakan, "Jika rokok tidak haram mengapa mereka tidak merokok di masjid atau tempat suci yang lain. Namun kalian malah memilih merokok di tempat pemandian umum, tempat-tempat hiburan dan tempat-tempat yang terlarang?"

Sebagian orang ada yang beralasan bahwa merokok itu makruh saja. Sebagai jawaban kami katakan, "Jika hukumnya makruh lalu mengapa kalian hisap.
Bukankah makruh itu lebih dekat kepada haram daripada ke halal!

Perhatikanlah hadits Nabi shollallaahu 'alaihi wa sallam berikut ini:

"Sungguh hal yang halal itu jelas dan haram pun juga sudah jelas. Namun di antara keduanya terdapat perkara-perkara yang tidak jelas. Kebanyakan orang tidak mengetahui perkara-perkara tersebut. Barangsiapa berhati-hati terhadap hal yang tidak jelas statusnya, maka sungguh ia telah menjaga agama dan kehormatannya. Barangsiapa yang terjerumus dalam perkara yang tidak jelas, sungguh ia telah terjerumus dalam perkara yang haram. Seperti seorang penggembala yang menggembalakan ternaknya di dekat daerah larangan, ia akan segera menggembala di daerah larangan tersebut."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Hmmm: Kapan yah saya bisa berhenti merokok???? I'll try

^Back to Top^

Wednesday, March 16, 2005

Jabatan Tinggi, EQ Rendah?

(Penulis: Komaruddin Hidayat Direktur Program Pascasarjana UIN Jakarta/Pembina Sekolah Madania)


TIDAK semua mereka yang memiliki jabatan dan titel kesarjanaan tinggi memiliki kecerdasan emosional yang tinggi. Istilah kecerdasan emosional adakalanya disebut EI (emotional intelligence), EQ (emotional quotient), dan kecerdasan sosial.

Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengendalikan emosinya saat menghadapi situasi yang menyenangkan maupun menyakitkan. Mantan Presiden Soeharto dan Akbar Tandjung adalah contoh orang yang memiliki kecerdasan emosional tinggi, mampu mengendalikan emosinya dalam berkomunikasi.

Ketika membaca berita mengenai kekisruhan dalam rapat antara DPR dan Kejaksaan Agung belum lama ini, pikiran saya terdorong mengingat kembali teori Daniel Goleman seputar EQ untuk menganalisa perilaku pejabat tinggi dan politisi di pentas publik. Berdasar riset panjang, Goleman menyimpulkan, kecerdasan intelektual bukan faktor dominan dalam keberhasilan seseorang, terutama dalam dunia bisnis maupun sosial. Menurut
Goleman, banyak sarjana yang cerdas dan saat kuliah selalu menjadi bintang kelas, namun ketika masuk dunia kerja menjadi anak buah teman sekelasnya yang prestasi akademiknya pas-pasan.

Lalu, apa kunci keberhasilan hidup?

Menurut dia, lebih banyak ditentukan oleh kecerdasan emosional, yaitu aspek-aspek yang berkait dengan kepribadian, yang di dalamnya setidaknya ada empat unsur pokok.

Pertama, kemampuan seseorang memahami dan memotivasi potensi dirinya.

Kedua,memiliki rasa empati yang tinggi terhadap orang lain.

Ketiga, senang bahkan mendorong melihat anak buah sukses, tanpa dirinya merasa terancam.

Keempat, asertif, yaitu terampil menyampaikan pikiran dan perasaan dengan baik, lugas, dan jelas tanpa harus membuat orang lain tersinggung.

Untuk mengukur apakah seorang pimpinan memiliki kecerdasan emosional tinggi, jangan diukur dengan titel kesarjanaan dan kepangkatannya, tetapi tanyakan pada mereka yang selalu berhubungan dengannya, entah itu sopir, satpam, pembantu rumah tangga, anak buah, keluarga, maupun teman. Dari merekalah akan terpantul citra kepribadian seorang pemimpin, terutama di saat-saat seseorang terkondisikan untuk marah.

Seberapa tinggi EQ seseorang mudah terlihat saat kritis, ketika suasananya tidak menguntungkan, bahkan dalam posisi terancam. Dengan tolok ukur ini kita mendapat kesan banyak pejabat tinggi yang EQ-nya rendah meski titel akademisnya tinggi, termasuk dalam penguasaan ilmu agama.

Cirinya, pertama, jika bicara cenderung menyakiti dan menyalahkan pihak lain sehingga persoalan pokok tergeser oleh pertengkaran ego pribadi. Yang terjadi kemudian persoalan tidak selesai, bahkan bertambah.

Kedua, rendahnya motivasi kinerja anak buah untuk meraih prestasi karena tidak mendapat dorongan dan apresiasi dari atasan. Pimpinan dengan EQ tinggi akan mampu memotivasi diri, lalu beresonansi pada orang-orang disekelilingnya, terutama anak buahnya. Berdasarkan pengalaman memberi pelatihan di lingkungan birokrasi pemerintahan maupun BUMN, ditemukan indikator kuat, hanya sedikit pemimpin yang mampu memberi motivasi kerja pada anak buahnya. Banyak pemimpin menjadi sasaran caci maki anak buah sehingga potensi dan dedikasi anak buah tidak optimal untuk memajukan
perusahaan.

BEGITU rendahnya EQ sebagian pejabat tinggi kita, tidak mengherankan jika produktivitas rendah, bahkan banyak terjadi kebocoran anggaran.

Menjelang akhir tahun, yang menjadi agenda utama adalah bagaimana menghabiskan anggaran dan membuat laporan keuangan agar tampak mulus meski hasil kinerjanya minus. Situasi ini dipertegas hasil penelitian TII yang menyatakan perilaku korupsi birokrasi dan bisnis di Jakarta sudah amat parah. Orang bukannya dipacu untuk meraih prestasi kerja, tetapi dibuat pusing dan sibuk mengenal serta memberi servis pada orang-orang yang dekat dengan pengambil keputusan.

Banyak mahasiswa dan sarjana terkesan idealis saat di kampus, tetapi terhanyut begitu menjadi birokrat. Rasanya perlu dipikirkan adanya pekan orientasi sarjana sebelum wisuda. Isinya, memberi peringatan disertai data akurat bahwa setelah wisuda mereka akan memasuki dunia baru yang penuh ranjau dan lingkungan kerja serta sosial yang telah terkontaminasi virus korupsi dan manipulasi. Ini merupakan tugas akhir almamater, memberi peringatan dan tanggung jawab moral pada putra-putrinya agar memiliki komitmen untuk hidup terhormat, mengejar karier dengan panduan skill dan
suara hati.

PARA psikolog mengatakan, rasa sukses dan bahagia akan diraih jika seseorang bisa menggabungkan setidaknya tiga kecerdasan, yaitu intelektual, emosional, dan spiritual.

1. IQ - KECERDASAN INTELEKTUAL.

Kecerdasan intelektual (IQ) berkait dengan keterampilan seseorang menghadapi persoalan teknikal dan intelektual. Jika pendidikan kita mengabaikan aspek keunggulan IQ, sulit bagi Indonesia untuk bersaing dalam bidang sains dan teknologi pada persaingan global.

Kini kita sudah merasakan betapa tertinggalnya kita dalam pendidikan sains. Pemerintah pun kurang melakukan penjaringan siswa berbakat untuk difasilitasi agar nanti menjadi ilmuwan tangguh.

2. EQ - KECERDASAN EMOSIONAL.

EQ yang tinggi akan membantu seseorang dalam membangun relasi sosial dalam lingkungan keluarga, kantor, bisnis, maupun sosial. Bagi seorang manajer, kecerdasan emosional merupakan syarat mutlak. Lagi-lagi amat disayangkan, pendidikan kita miskin konsep dalam membantu mengembangkan EQ, bagi siswa maupun mahasiswa. Pelatihan EQ ini amat
penting guna menumbuhkan iklim dialogis, demokratis, dan partisipatif karena semua menuntut adanya kedewasaan emosional dalam memahami dan menerima perbedaan. Pluralitas etnis, agama, dan budaya akan menjadi sumber konflik laten jika tidak disertai tumbuhnya budaya dialogis dan sikap empati.

3. SQ - KECERDASAN SPIRITUAL.

Tidak kalah penting, kecerdasan spiritual (SQ) yang berkait dengan masalah makna, motivasi, dan tujuan hidup sendiri. Jika IQ berperan memberi solusi intelektual-teknikal, EQ meratakan jalan membangun relasi sosial, SQ mempertanyakan apakah makna, tujuan, dan filsafat hidup seseorang.
Menurut Ian Marshall dan Danah Zohar, penulis buku SQ, The Ultimate Intelligence, tanpa disertai kedalaman spiritual, kepandaian (IQ) dan popularitas (EQ) seseorang tidak akan memberi ketenangan dan kebahagiaan hidup.

Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir, berbagai pakar psikologi dan manajemen di Barat mulai menyadari betapa vitalnya aspek spiritualitas dalam karier seseorang, meski dalam menyampaikannya terkesan hati-hati. Yang fenomenal, tak kurang dari Stephen R Covey meluncurkan buku The 8th Habit (2004), padahal selama ini dia sudah menjadi ikon dari teori manajemen kelas dunia The Seven Habits. Rupanya Covey sampai pada kesimpulan, kecerdasan intelektualitas dan emosionalitas tanpa bersumber spiritualitas akan kehabisan energi dan berbelok arah.

Di Indonesia, krisis kepercayaan terhadap intelektualitas kian menguat saat bangsa yang secara ekonomi amat kaya ini dikenal sebagai sarang koruptor dan miskin, padahal hampir semua yang menjadi menteri maupun birokrat memiliki latar belakang pendidikan tinggi. Asumsi bahwa kesarjanaan dan intelektualitas akan mengantar masyarakat yang damai dan bermoral digugat Donald B Caine dalam buku: Batas Nalar, Rasionalitas dan Perilaku Manusia yang sedang dibicarakan banyak orang. Mengapa bangsa Jerman yang dikenal paling maju pendidikannya dan melahirkan banyak pemikir kelas dunia pernah
dan bisa berbuat amat kejam? Pertanyaan serupa bisa dialamatkan kepada Inggris, Amerika Serikat, dan Israel.

KEMBALI pada soal EQ. Teori ini valid untuk melihat perilaku dan gaya kepemimpinan seseorang dalam kelompok terbatas. Dalam wilayah sosial dan politik, terlalu banyak variabel yang tidak cukup dianalisis dengan teori EQ.

Namun satu hal pasti, kita mengharapkan negeri ini diurus oleh mereka yang cerdas secara intelektual, emosional, dan spiritual. Yaitu mereka yang kualitas akademisnya baik, mampu berkomunikasi sosial secara simpatik, inspiring dan motivating, serta memiliki komitmen kuat terhadap nilai-nilai spiritual sebagai panduan hidup. Jika ketiga kualitas ini tidak terpenuhi, sebaiknya minggir saja atau bangsa ini akan kian hancur oleh perilaku pemimpinnya sendiri.*

^Back to Top^

Thursday, February 24, 2005

Kiat Sehat Ala....Rasulullah




1. SELALU BANGUN SEBELUM SUBUH
Rasul selalu mengajak ummatnya untuk bangun sebelum subuh, melaksanakan sholat sunah dan sholat Fardhu, sholat subuh berjamaah.
Hal ini memberi hikmah yg mendalam antara lain :
- Berlimpah pahala dari Allah
- Kesegaran udara subuh yg bagus utk kesehatan/terapi penyakit TB
- Memperkuat pikiran dan menyehatkan perasaan

2. AKTIF MENJAGA KEBERSIHAN
Rasul selalu senantiasa rapi & bersih, tiap hari kamis atau Jumaat beliau mencuci rambut-rambut halus di pipi, selalu memotong kuku, bersisir dan berminyak wangi. "Mandi pada hari Jumaat adalah utama bagi setiap orang-orang dewasa. Demikian pula menggosok gigi dan memakai harum-haruman"(HR Muslim)

3. TIDAK PERNAH BANYAK MAKAN Sabda Rasul :
"Kami adalah sebuah kaum yang tidak makan sebelum lapar dan bila kami akan
tidak terlalu banyak (tidak sampai kekenyangan)"(Muttafaq Alaih)
Dalam tubuh manusia ada 3 ruang untuk 3 benda :
Sepertiga untuk udara, sepertiga untuk air dan sepertiga lainnya untuk makanan.
Bahkan ada satu tarbiyyah khusus bagi ummat Islam dengan adanya Puasa Ramadhan untuk
menyeimbangkan kesehatan

4. GEMAR BERJALAN KAKI
Rasul selalu berjalan kaki ke Masjid, Pasar, medan jihad, mengunjungi rumah sahabat, dan sebagainya. Dengan berjalan kaki, keringat akan mengalir,pori-pori terbuka dan peredaran darah akan berjalan lancar. Ini penting untuk mencegah penyakit jantung

5. TIDAK PEMARAH
Nasihat Rasulullah : "Jangan Marah"diulangi sampai 3 kali. Ini menunujukkan
hakikat kesehatan dan kekuatan Muslim bukanlah terletak pada jasadiyah belaka, tetapi lebih jauh yaitu dilandasi oleh kebersihan dan kesehatan jiwa. Ada terapi yang tepat untuk menahan marah :
- Mengubah posisi ketika marah, bila berdiri maka duduk, dan bila duduk maka berbaring
- Membaca Ta 'awwudz, karena marah itu dari Syaithon
- Segeralah berwudhu
- Sholat 2 Rokaat untuk meraih ketenangan dan menghilangkan kegundahan hati

6. OPTIMIS DAN TIDAK PUTUS ASA
Sikap optimis akan memberikan dampak psikologis yang mendalam bagi kelapangan jiwa sehingga tetap sabar, istiqomah dan bekerja keras, serta tawakal kepada Allah SWT

7. TAK PERNAH IRI HATI
Untuk menjaga stabilitas hati & kesehatan jiwa, mentalitas maka menjauhi iri hati merupakan tindakan preventif yang sangat tepat.


::Ya Allah,bersihkanlah hatiku dari sifat sifat mazmumah dan hiasilah diriku dengan sifat sifat mahmudah...::

"Demi masa, sesungguhnya manusia berada dlm kerugian, kecuali yg beriman & beramal shalih & saling menasihati dlm kebenaran & saling menasihati dlm kesabaran."
(QS. Al Ashr)

^Back to Top^

Monday, February 14, 2005

Hadiah Terbaik Untuk Diri Sendiri

Sumber: Hadiah Terbaik Untuk Diri Sendiri oleh Gede Prama


Setiap orang pernah mengalami masa-masa sulit dalam kehidupan. Ada masa sulit dalam berumah tangga, kehidupan karir, kesehatan, atau kehidupan pribadi yang diguncang badai. Kebanyakan juga setuju kalau masa-masa sulit ini bukanlah keadaan yang diinginkan. Sebagian orang bahkan berdoa, agar sejarang mungkin digoda oleh keadaan-keadaan sulit. Sebagian lagi yang dihinggapi oleh kemewahan hidup ala anak-anak kecil, mau membuang jauh-jauh, atau lari sekencang-kencangnya dari godaan hidup sulit.

Akan tetapi, sekencang apapun kita menjauh dari kesulitan, ia tetap akanmenyentuh badan dan jiwa ini di waktu-waktu ketika ia harus datang berkunjung. Rumus besi kehidupan seperti ini, memang berlaku pada semua manusia, bahkan juga berlaku untuk seorang raja dan peenguasa yang paling berkuasa sekalipun.

Sadar akan hal inilah, saya sering mendidik diri untuk ikhlas ketika kesulitan datang berkunjung. Syukur-syukur bisa tersenyum memeluk kesulitan. Tidak dibuat sakit dan frustrasi saja saya sudah sangat bersyukur. Pelukan-pelukan kebijakan seperti inilah yang datang ketika sang hidup sempat membanting saya dari sebuah ketinggian. Sakit memang, tapi karena ia sudah saatnya datang berkunjung, dan kita tidak punya pilihan lain terkecuali membukakan pintu rumah kehidupan, maka
seterpaksa apapun hanya keikhlasanlah satu-satunya modal berguna dalam hal ini.

Senyum penerimaan terhadap kesulitan memang terasa kecut di bibir. Dan sebagaimana logam yang sedang dibuat menjadi patung indah, kesulitan memang terasa seperti semprotan panasnya api mesin las, dihajar oleh palu besar, kencangnya cubitan tang, menyakitkannya goresan-goresan
amplas kasar, atau malah tidak enaknya bau cat yang menyelimuti seluruh badan patung logam. Semua tahu, kalau badan dan jiwa ini kemudian akan menjadi 'patung logam' yang lebih indah dari sebelumnya. Tetapi tetap saja ada sisa-sisa ketakutan - dan bahkan mungkin trauma - yang
membuat kita manusia menghindar dari kesulitan.

Cuma selebar apapun goresan luka yang dibuat oleh kesulitan, ada mahluk yang amat berguna dan amat dibutuhkan dalam pengalaman-pengalaman menyakitkan ini, ia bernama sahabat. Tidak semua
sahabat fasih memberikan nasehat. Tetapi dengan kesediaannya untuk mendengar, sinaran mata yang berisi empati, kesediaan untuk menjaga rahasia, sahabat menjadi permata berlian yang amat berguna dalam keadaan-keadaan ini.

Di rumah saya memiliki seorang sahabat yang amat mengagumkan. Dari segi pendidikan formal ia hanya tamatan SMU. Bahkan SMU tempat ia bersekolah dulu sudah bubar, sebagai tanda ia bukanlah berasal dari sekolah yang terlalu membanggakan. Namun nasehat serta keteladanan hidupnya kadang mengagumkan.

Di kantor saya memiliki sejumlah bawahan yang datang sama manisnya baik ketika dipuji maupun setelah di! maki. Seorang tetangga menelpon, mengirim SMS dan bahkan menyempatkan diri berkunjung ke rumah. Tidak untuk memberikan ceramah, hanya untuk mendengar. Seorang sahabat dekat
yang memimpin sebuah raksasa teknologi informasi bahkan mengatakan bangga menjadi sahabat saya.
Ketika tulisan ini dibuat, seorang sahabat lama yang tinggal di Surabaya menelepon, tanpa bermaksud menggurui ia mengutip kata-kata indah Confucius :
'Manusia salah itu biasa, tetapi menarik pelajaran dari kesalahan itu baru luar biasa'.

Apa yang mau saya tuturkan dengan semua ini, rupanya sahabat adalah hadiah paling berharga yang bisa kita berikan pada diri kita sendiri. Secara lebih khusus ketika kita ditimpa kesulitan yang
menggunung. Sehingga patut direnungkan, kalau kita perlu menabung perhatian, empati, cinta buat para sahabat. Tidak untuk berdagang dengan kehidupan. Dalam arti, memberi dengan harapan agar
diberi kelak. Melainkan, sebagaimana cerita dan pengalaman di atas, dalam dunia persahabatan, dalam memberi kita sebenarnya sudah diberi. Bahkan, setiap sahabat yang memberi perhatian dan empati pada sahabat lainnya, ketika itu juga mengalami the joy of giving. Ketika itu juga seperti ada beban di bahu yang berkurang jauh beratnya.

Ada memang orang yang memiliki banyak sekali teman. Kemana-mana namanya dipanggil orang. Cuman, sedikit diantara semua teman yang banyak ini kemudian bisa menjadi sahabat. Bercermin dari
kenyataan inilah, maka saya lebih memusatkan diri untuk mencari dan membina sahabat. Jumlahnya memang tidak akan pernah banyak. Bahkan ia lebih sedikit dari jumlah jari tangan. Cuma sesedikit apapun jumlahnya, sahabat tetap sejenis hadiah terbaik yang bisa kita bisa berikan buat diri sendiri.

Mobil mewah memang bisa membawa kita ke tempat jauh lengkap dengan gengsinya. Rumah mewah memang bisa meningkatkan kenyamanan tinggal sekaligus meningkatkan kelas. Ijazah lengkap dengan gelarnya yang mentereng juga bisa meningkatkan percaya diri. Akan tetapi, baik mobil mewah, rumah mewah maupun ijazah tidak bisa menghadirkan empati yang menyentuh hati.

Di sebuah Sabtu pagi, seorang sahabat yang membaca harian Kompas yang memberitakan bahwa saya mengundurkan diri dari jabatan presiden direktur di sebuah kelompok usaha amat besar di negeri ini, langsung menelepon saya dari tempat yang jauh. Ia berucap sederhana :
'saya bangga jadi teman Anda'. Inilah hadiah terbaik yang bisa dihadiahkan ke diri sendiri. Ia tidak dibungkus kado, ia juga tidak hanya datang ketika hari raya atau ulang tahun. Ia justru lebih sering datang ketika kita amat membutuhkannya.

^Back to Top^

Monday, December 20, 2004

Duhai Para Suami

diambil dari Myquran.or.id by dadan albanna




"Sebaik-baiknya kamu adalah orang yang paling baik terhadap istri dan aku adalah orang yang baik di antara sekalian terhadap istri" (At-Turmudzi)

Suatu hari dalam perjalanan pulang ke rumah di sela-sela kemacetan, saya melihat dengan jelas seorang laki-laki dengan kasar menyuruh perempuan yang sedang diboncengnya untuk turun dari motor.
Tampak sekali perempuan tersebut ketakutan. Airmatanya bercucuran, dengan gemetar hati-hati ia turun.

Rupanya yang menyebabkan laki-laki itu kalap adalah tangisan rewel sang bayi yang sedang di gendong. Setelah menumpahkan sumpah serapah kepada perempuan yang tidak berdaya itu, dengan seenaknya dia pergi. Tinggallah si perempuan kebingungan, mengendong bayi munyil yang menangis
tak kunjung berhenti.

Dua ibu dalam angkot yang sedang saya naiki, spontan turun. "Sabar ya dek,biarin aja si keparat itu pergi" dengus si ibu yang berbaju biru. "Adek mau kemau? Sekarang Adek pulang, kasihan anaknya nagis terus" kali ini ibu yang berbaju hitam yang bertanya.

Perempuan itu gemetar, kelu lidahnya berkata " Ibu, boleh saya pinjam uang 500 untuk ongkos. Suami saya pergi begitu saja tanpa memberi uang". Ibu-ibu tadi spontan membuka tas dan memberi uang.
Dan airmata itu, melimpahi kami rasa kasihan.

Hari lain, dalam bus yang mengantar saya ke kampung halaman. Disebelah saya duduk perempuan sederhana, berpakaian sangat sederhana tanpa bawaan yang berarti, hanya mengapit tas kresek hitam.
Tapi yang tidak sederhana, sejak tadi lirih mulutnya berucap" Laa Hawlaa Walaa Quwwata Illabillah".

Dalam kesempatan selanjutnya saya mengetahui ia sudah berkeluarga dan mempunyai beberapa orang anak. Suaminya menganggur, dan ia yang menanggung beban nafkah untuk keluarga dengan menjadi buruh kasar di pasar kebayoran. Tapi bukan itu yang membuat ia kurus kering dan sakit-sakitan. Perilaku
kasar suaminya yang sering menganiaya dan melecehkannyalah yang membuat dia tersiksa.

Tanpa risih ia memperlihatkan telapak tangannya yang melepuh akibat banyak sundutan rokok. "Masya Allah Ibu!" reflex saya menutup mulut dengan tangan kanan. Ia tertunduk dan airmata itu, tertumpah begitu saja.

Hari lain lagi, "Mbak saya ditinggalin suami pas saya hamil 7 bulan". Dia mulai bercerita.
"Suami saya tertarik wanita yang lebih cantik". tambahnya tanpa beban.
Kini giliran saya yang memandangnya lekat, seorang perempuan muda yang tegar, hati saya membatin.

Saya baru mengenalnya beberapa bulan. Selama itu saya mengagumi pergulatan hidupnya. Perempuan yang kuat, buktinya dia membesarkan anak laki-lakinya yang hampir berusia setahun seorang diri. Dia pekerja keras meskipun pendapatannya tidak sebanding dengan pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan si kecil. "Kalau tidak anak ini, entahlah mungkin saya hanya tinggal nama, mati bunuh
diri". tambahnya.

Saya kagum dengan ketegarannya, tapi ternyata dugaan saya salah, beberapa menit kemudian ia terisak kecil selanjutnya tersedu-sedu. Dan airmata itu menganak sungai dipipinya yang tidak pernah terlihat dipoles bedak.

Saya menyakini banyak fenomena tidak manusiawi yang diperlakukan para suami terhadap istri.
Lihat saja berita-berita diberbagai media masa, itu baru yang terekspos. Perilakuan tidak wajar bahkan kekerasan suami terhadap istri bisa dikatakan sebagai masalah internal rumah tangga.
Sebuah aib sehingga istri harus memaksakan diri menelan bulat-bulat pil pahit perlakuan suaminya.

Apa yang menyebabkan suami begitu tega terhadap istrinya?
Menurut saya suami yang demikian tidaklah gentle, karena ia hanya berani pada seorang perempuan. Perempuan yang seharusnya dilindungi. Perempuan yang seharusnya mendapatkan perlakuan yang baik karena telah begitu banyak berjasa. Istri adalah perempuan yang mengandung anaknya dengan
susah payah dalam hitungan waktu yang tidak sebentar, setelah itu mempertaruhkan nyawa untuk proses melahirkan. Istri yang menyediakan makanan untuk seluruh keluarga, bahkan menyediakan
telinga untuk menjadi pendengar yang baik, menyediakan stock kata-kata untuk menghibur suami dan anak yang sedang dalam masalah bahkan mungkin sekaligus solusinya.

Apakah ada alasan setelah istri berbuat yang terbaik untuk keluarganya mendapatkan perlakuan yang sewenang-wenang?

Kepada para Suami, ingatlah istri adalah sesuatu yang istimewa.
Sayangilah ia karena dia adalah penyejuk mata, pembangun rumah tangga yang menjelma surga. Bimbinglah istri dengan lemah-lembut, karena ia diciptakan dengan banyak anugrah mulia.
Jangan pernah mencampakkan istri untuk kondisi apapun, karena ia adalah ibu dari anak-anak yang kau bina bersama.

Ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya jangan pernah meruntuhkan madrasah pembentuk karakter bangsa.

Tersenyumlah untuk segala hal yang dipersembahkan kepadamu. Berjanjilah untuk tidak membuatnya mengeluarkan airmata, airmata kedukaan. Tirulah Rasullah yang selalu berbuat baik kepada istrinya.
Dalam hadistnya beliau menekankan "Sebaik-baik kamu adalah orang yang paling baik terhadap istri, dan aku adalah orang yang paling baik diantara sekalian terhadap istri".(At-Turmudzi), bahkan beliau pernah bersabda; "Barang siapa yang pernah mengembirakan wanita (istri), seakan-akan menangis karena takut kepada Allah. Barang siapa menangis karena takut kepada Allah, maka Allah mengharamkan tubuhnya dari api neraka".

Jadi untuk para suami, tunggu apa lagi? (untuk Akhwat-akhwat yang sholihah, bersabarlah.....)

^Back to Top^

Wednesday, December 01, 2004

99 Langkah Menuju ke Jalan Syurga.

[daarut-tauhiid]
99 Langkah Menuju Kesempurnaan Iman



> >01. Bersyukur apabila mendapat nikmat;
> >02. Sabar apabila mendapat kesulitan;
> >03. Tawakal apabila mempunyai rencana/program;
> >04. Ikhlas dalam segala amal perbuatan;
> >05. Jangan membiarkan hati larut dalam kesedihan;
> >06. Jangan menyesal atas sesuatu kegagalan;
> >07. Jangan putus asa dalam menghadapi kesulitan;
> >08. Jangan usil dengan kekayaan orang;
> >09. Jangan hasad dan iri atas kesuksessan orang;
> >10. Jangan sombong kalau memperoleh kesuksessan;
> >11. Jangan tamak kepada harta;
> >12. Jangan terlalu ambitious akan sesuatu kedudukan;
> >13. Jangan hancur karena kezaliman;
> >14. Jangan goyah karena fitnah;
> >15. Jangan berkeinginan terlalu tinggi yang melebihi kemampuan diri.
> >16. Jangan campuri harta dengan harta yang haram;
> >17. Jangan sakiti ayah dan ibu;
> >18. Jangan usir orang yang meminta-minta;
> >19. Jangan sakiti anak yatim;
> >20. Jauhkan diri dari dosa-dosa yang besar;
> >21. Jangan membiasakan diri melakukan dosa-dosa kecil;
> >22. Banyak berkunjung ke rumah Allah (masjid);
> >23. Lakukan shalat dengan ikhlas dan khusyu;
> >24. Lakukan shalat fardhu di awal waktu, berjamaah di masjid;
> >25. Biasakan shalat malam;
> >26. Perbanyak dzikir dan do'a kepada Allah;
> >27. Lakukan puasa wajib dan puasa sunat;
> >28. Sayangi dan santuni fakir miskin;
> >29. Jangan ada rasa takut kecuali hanya kepada Allah;
> >30. Jangan marah berlebih-lebihan;
> >31. Cintailah seseorang dengan tidak berlebih-lebihan;
> >32. Bersatulah karena Allah dan berpisahlah karena Allah;
> >33. Berlatihlah konsentrasi pikiran;
> >34. Penuhi janji apabila telah diikrarkan dan mintalah maaf apabila karena sesuatu sebab tidak dapat dipenuhi;
> >35. Jangan mempunyai musuh, kecuali dengan iblis/syaitan;
> >36. Jangan percaya ramalan manusia;
> >37. Jangan terlampau takut miskin;
> >38. Hormatilah setiap orang;
> >39. Jangan terlampau takut kepada manusia;
> >40. Jangan sombong, takabur dan besar kepala;
> >41. Berlakulah adil dalam segala urusan;
> >42. Biasakan istighfar dan taubat kepada Allah;
> >44. Hiasi rumah dengan bacaan Al-Quran;
> >45. Perbanyak silaturrahim;
> >46. Tutup aurat sesuai dengan petunjuk Islam;
> >47. Bicaralah secukupnya;
> >48. Beristeri/bersuami kalau sudah siap segala-galanya;
> >49. Hargai waktu, disiplin waktu dan manfaatkan waktu;
> >50. Biasakan hidup bersih, tertib dan teratur;
> >51. Jauhkan diri dari penyakit-penyakit bathin;
> >52. Sediakan waktu untuk santai dengan keluarga;
> >53. Makanlah secukupnya tidak kekurangan dan tidak berlebihan;
> >54. Hormatilah kepada guru dan ulama;
> >55. Sering-sering bershalawat kepada nabi;
> >56. Cintai keluarga Nabi saw;
> >57. Jangan terlalu banyak hutang;
> >58. Jangan terlampau mudah berjanji;
> >59. Selalu ingat akan saat kematian dan sedar bahwa kehidupan dunia adalah kehidupan sementara;
> >60. Jauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat seperti mengobrol yang tidak berguna;
> >61. Bergaul lah dengan orang-orang soleh;
> >62. Sering bangun di penghujung malam, berdoa dan beristighfar;
> >63. Lakukan ibadah haji dan umrah apabila sudah mampu;
> >64. Maafkan orang lain yang berbuat salah kepada kita;
> >65. Jangan dendam dan jangan ada keinginan membalas kejahatan dengan kejahatan lagi;
> >66. Jangan membenci seseorang karena pahaman dan pendiriannya;
> >67. Jangan benci kepada orang yang membenci kita;
> >68. Berlatih untuk berterus terang dalam menentukan sesuatu pilihan ;
> >69. Ringankan beban orang lain dan tolonglah mereka yang mendapatkan kesulitan.
> >70. Jangan melukai hati orang lain;
> >71. Jangan membiasakan berkata dusta;
> >72. Berlakulah adil, walaupun kita sendiri akan mendapatkan kerugian;
> >73. Jagalah amanah dengan penuh tanggung jawab;
> >74. Laksanakan segala tugas dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan;
> >75. Hormati orang lain yang lebih tua dari kita
> >76. Jangan membuka aib orang lain;
> >77. Lihatlah orang yang lebih miskin daripada kita, lihat pula orang yang lebih berprestasi dari kita;
> >78. Ambilah pelajaran dari pengalaman orang-orang arif dan bijaksana;
> >79. Sediakan waktu untuk merenung apa-apa yang sudah dilakukan;
> >80. Jangan sedih karena miskin dan jangan sombong karena kaya;
> >81. Jadilah manusia yang selalu bermanfaat untuk agama,bangsa dan negara;
> >82. Kenali kekurangan diri dan kenali pula kelebihan orang lain;
> >83. Jangan membuat orang lain menderita dan sengsara;
> >84. Berkatalah yang baik-baik atau tidak berkata apa-apa;
> >85. Hargai prestasi dan pemberian orang;
> >86. Jangan habiskan waktu untuk sekedar hiburan dan kesenangan;
> >87. Akrablah dengan setiap orang, walaupun yang bersangkutan tidak menyenangkan.
> >88. Sediakan waktu untuk berolahraga yang sesuai dengan norma-norma agama dan kondisi diri kita;
> >89. Jangan berbuat sesuatu yang menyebabkan fisikal atau mental kita menjadi terganggu;
> >90. Ikutilah nasihat orang-orang yang arif dan bijaksana;
> >91. Pandai-pandailah untuk melupakan kesalahan orang dan pandai-pandailah untuk melupakan jasa kita;
> >92. Jangan berbuat sesuatu yang menyebabkan orang lain terganggu dan jangan berkata sesuatu yang dapat menyebabkan orang lain terhina;
> >93. Jangan cepat percaya kepada berita jelek yang menyangkut teman kita sebelum dipastikan kebenarannya;
> >94. Jangan menunda-nunda pelaksanaan tugas dan kewajiban;
> >95. Sambutlah huluran tangan setiap orang dengan penuh keakraban dan keramahan dan tidak berlebihan;
> >96. Jangan memforsir diri untuk melakukan sesuatu yang diluar kemampuan diri;
> >97. Waspadalah akan setiap ujian, cobaan, godaan dantentangan. Jangan lari dari kenyataan kehidupan;
> >98. Yakinlah bahwa setiap kebajikan akan melahirkan kebaikan dan setiap kejahatan akan melahirkan merusakan;
> >99. Jangan sukses di atas penderitaan orang dan jangan kaya dengan memiskinkan orang.

Allah's love is unconditional, today, tomorrow and always. May Allah bless
you everyday.
Ameen

> >=====
"Sebarkanlah walau satu ayat pun" (Sabda Rasulullah SAW) "Niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu.
Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar." (Surah Al-Ahzab)

^Back to Top^

Wednesday, November 17, 2004

Mencari Istri Sempurna

Oleh :Firman Venayaksa



Hamba mencari istri sempurna. Lelah hati dan jiwa. Hamba mencari kemana-mana, alhasil hamba tak sanggup temukan belahan jiwa itu. Setiap hari hamba berdoa, namun belum
juga terkabul. Mungkin inilah perjuangan. Lama-lama hamba mulai menikmati kehidupan ini. Walaupun jemu pernah hinggap dalam kamus kehidupan hamba, meraung-raung dalam
sunyi.

Sungguh, di dunia yang maya ini, hamba mencoba menghindar dari gundukan dosa, namun laron-laron dosa itu sesekali berduyun mendekati hamba. Sekuat ruh hamba berlari- berlari menuju cahaya, dan konon, salah satu kendaraan untuk mendekatkan diri dengan cahaya itu adalah mendapatkan seorang istri. Ya, hamba mencari istri sempurna, agar
hamba bisa menyempurnakan niat hamba, bercengkrama dengan cahaya sejati.

Hamba bergelut dengan hari-hari, mencari secercah cahaya untuk bisa hamba huni dari kegelapan yang semakin gandrung menyelimuti hati hamba lagi. Hamba akui di setiap arah jam yang bergulir ada terpendam berjuta rahasia yang tak bisa hamba singkap keberadaannya, tak mampu hamba kuliti satu persatu apa gerangan yang diinginkan Allah. Tadinya hamba berpikir bahwa hamba telah mampu meredam satu niatan hamba
itu, mengubur riak-riak kehidupan yang hamba bangun dengan pondasi rapuh. Rupanya detak suara jarum jam semakin besar menghentak-hentak dan memekakan telinga hamba, lalu hamba kembali terpuruk, pikiran hamba terhuyung-huyung melangkahkan kaki tak tentu arah.

Suatu hari, hamba bertemu dengan mawar. Di taman itu ia hidup sendiri. Warnanya yang merah merekah membuat mata terkagum-kagum. Ingin rasanya hamba mempersuntingnya,
memetik segala hasrat yang mulai basah kuyup dengan segala keinginan.

Sang mawar tak sadar bahwa ada yang mengamatinya. Ya Tuhan harum sekali. Ya, ketika pagi merambat, hamba merasakan keharuman yang luar biasa. Merambat ke seluruh ubun- ubun, keharuman yang menakjubkan. Hamba memberanikan diri untuk menyapanya.

"Selamat pagi, Mawar." Mawar tersenyum, senyum yang menyejukkan.
"Selamat pagi. Ada apakah gerangan, sehingga pagi-pagi begini anda bertamu ke taman yang sepi ini?"

"Hamba berniat mencari istri yang sempurna. Setiap hari tanpa sepengetahuan anda, hamba mengamati anda, lalu tumbuhlah sejumput rasa tertentu yang tak bisa terdefinisi. Anda telah menyampaikan keharuman itu lewat wewangian yang disampaikan angin. Hamba pikir andalah yang hamba cari, belahan jiwa yang sekian lama memikat hamba untuk hidup dalam kembara."

"Betulkah aku yang anda cari? Tak malukah anda menikah dengan bunga sederhana sepertiku? Apa yang membuat anda terkagum? Tak banyak yang bisa aku berikan untuk anda."

"Mawar, sudah lama hamba mencari istri yang sempurna. Mungkin inilah harapan terakhir. Melihat warnamu yang memerah, hamba terkesima. Jika anda mengizinkan, hamba
ingin melamar anda. Mari kita arungi bahtera hidup ini."

"Kalau betul itu yang anda inginkan, baiklah. Tunggu barang satu minggu, setelah itu jenguklah aku kembali."

"Terimakasih mawar. Ternyata hamba tak salah pilih. Seminggu lagi hamba akan kesini."

Hamba lantas meninggalkannya sendiri di taman itu. Hamba pergi diiringi senyum yang dramatis. Hati hamba seketika terbang ke langit. Sebentar lagi penantian hamba berakhir, hamba akan mendapatkan istri yang sempurna.

Seminggu berlalu, hamba mendatangi taman itu. Langkah kaki bersijingkat dengan sempurna, cepat dan gemulai. Ketika hamba tiba di tempat itu, tiba-tiba hati hamba melepuh, berterbanganlah harapan yang sempat mewarnai relung hati yang basah dengan tinta penantian. Mawar yang akan hamba persunting, yang akan hamba petik ternyata tak lagi berada di tangkainya. Ia telah luruh ke tanah merah, beserakan tak karuan, tak jelas lagi juntrungannya. Hamba tak habis mengerti, mengapa semua ini harus terjadi?

Warna yang tadinya memerah, kini berubah kecoklat-coklatan, menjadi keriput, tak sesegar seperti minggu kemarin. Hamba menghampirinya, duduk termenung seperti seorang bocah yang merengek meminta mainan yang telah rusak. Dengan terbata-bata hamba berusaha menyusun kata-kata, menuai kalimat-kalimat. Namun mulut hamba teramat kelu, tak bisa lagi dengan sporadis menelurkan deretan huruf.

"Selamat pagi. Masihkah ada keinginan untuk menikah dengan ketidaksempurnaanku? Inilah aku, sang mawar yang sempat membuatmu terkagum. Mengapa wajah anda tercengang dan seolah tak memahami hakikat hidup?"

"Mengapa anda menjadi seperti ini? Apakah gerangan yang salah?"

"Tak ada yang patut disalahkan. Ini adalah siklus kehidupan. Hamba hanya bisa bertabah menghadapi takdir yang membelenggu. Ini jalan yang harus hamba jalani."

"Tapi hamba mencari istri yang sempurna, Mawar."

"Jika demikian, aku bukanlah belahan jiwamu."

Hamba beranjak dari tempat itu. Kekecewaan menghantui setiap langkah yang hamba bangun. Air mata menderas. Mawar yang sempat mencengkram jiwa, kini hanya onggokan
ketakutan yang tak pernah hamba mimpikan sebelumnya.

***

Kini hamba berjalan lagi menyusuri waktu, mencari istri yang sempurna. Di tengah perjalanan, hamba melihat merpati yang terbang, menari di udara. Sayap-sayapnya ia
sombongkan ke seluruh penjuru alam. Sungguh cantik ia, membuat cemburu para petualang. Lagi-lagi terbersit sebuah keinginan. Keinginan klasik: Inilah istri yang sempurna, semoga hamba bisa mendapatkannya. Merpati itu hinggap di ranting pohonan. Hamba memberanikan diri untuk memulai percakapan.

"Wahai merpati, tadi hamba melihatmu bercengkrama dengan angin. Bulu putihmu yang kudus, menjadikan harapan dalam batin kembali tumbuh."

"Apa yang hendak anda inginkan?"

"Hamba mencari istri yang sempurna. Andalah yang hamba cari."

"Betulkah aku yang anda cari?"

"Ya tentu. Hamba ingin anda terbang bersama hamba, membangun sebuah keindahan, mengarungi bahtera kehidupan."

"Jika demikian, silahkan tangkap aku. Apabila anda berhasil menangkap diriku, aku berani menjadi belahan jiwa anda. Aku akan belajar menjadi apa yang anda inginkan."

"Tapi bagaimana mungkin hamba bisa menangkap anda? Anda mempunyai dua sayap yang indah dan memesona, sedangkan hamba hanya manusia yang bisa menerbangkan imajinasi saja, selebihnya hamba adalah pemimpi yang takut dengan kehidupan."

"Segala sesuatu mungkin saja terjadi, asalkan ada maksud yang jelas dan lurus. Lebih baik anda pikirkan kembali niatan anda itu. Betulkah aku pasangan yang anda cari?
Maaf, hamba aku bercengkrama dulu dengan angin, sampai jumpa."

Hamba tak bisa berkata banyak, merpati telah terbang bersama angin. Angin, oh... rupanya kekasih sejati merpati adalah angin. Hamba tak mau merusak takdir mereka.
Bagaimana kata dunia kalau hamba dengan paksa menikahi sang merpati? Dunia akan mencemooh hamba sebagai manusia paling bodoh yang pernah dilahirkan. Tapi kemanakah lagi hamba harus mencari pasangan jiwa?

***

Itulah kabar hamba dulu. Meniti berbagai penderitaan untuk menyempurnakan segala beban yang melingkar di dasar palung jiwa hamba. Itulah gelagat hamba dulu, seperti seorang pecinta yang berkelana tak jelas arah dan tujuan, menghujani kulit lepuh para bidadari, menjadikan mereka gundah, berenang di atas lautan hampa. Begitu juga hamba.
Ya, kabar hamba dulu! Memekik cinta yang bergemuruh, membadai, bercengkrama, meraja, bersengketa, meracau seperti burung kondor yang rindu bangkai-bangkai kematian.
Dulu hamba tersesat dalam labirin sunyi tanpa nama. Hamba nyaris seperti mayat yang bergentayangan di siang hari, diperbudak angan-angan, bertubi-tubi mulut hamba memukul angin.

Sampai suatu malam, ketika keheningan mengambang di udara, berderinglah sebuah telepon selular yang teronggok di atas sajadah harapan. Kala itu hamba tidur lelap, mencipta mimpi yang samar. Hamba dibangunkan oleh gemuruh suara ring tone. Anehnya, suara selular itu tidak lagi menggelayutkan melodi seperti biasanya. Suaranya aneh tapi nikmat dan menyejukkan. Kalau tidak salah seperti ini:
Allahuakbar....Allahuakbar...Allahuakbar... Kontan saja hamba terhenyak dan sempat kaget. Hamba mencoba memicingkan mata yang berat seperti terbebani satu ton serbuk besi. Di dinding kamar hamba melihat detak jam yang mengarah pada nomor tiga. Masih sepertiga malam. Siapa gerangan yang berani mengusik persemayaman indah ini? Lalu
hamba mulai merunut kata-kata.

"Halo, siapa anda? Mengapa membangunkan hamba? Biarkan hamba beristirah barang sejenak." Hening, tak ada jawaban. Hamba pikir, ini pasti gelagat orang jahil yang mencoba berimprovisasi. Tapi ketika hamba mau menutup telepon selular, hamba mendengar suara yang menggelegar. Bukan, suara ini bukan dari telepon selular, tapi dari segala penjuru mata angin. Keringat mulai menghujan, ketakutan bersalaman di batin, air mata tak bisa hamba bendung, dan rasa rindu mencengkram hamba dari belakang, rindu yang tak terdefinisi. Mungkinkah doa-doa hamba yang terdahulu akan
terkabul? Siapakah gerangan yang bicara? Setelah bermilyar doa berjejalan di udara, hamba harap seuumpt cahaya itu yang bicara Ya, semoga bukan kepalsuan yang bicara.

Suara itu makin keras terdengar. Suara itu berkata seperti ini.

"Betulkah kau mencari istri yang sempurna?" Dengan terbata-bata hamba bilang, "Ya... ya.. hamba mencari istri yang sempurna. Mampukah anda mengabulkan keinginan hamba yang belum terwujud ini?"

Suara itu kembali berujar.

"Berbaringlah, lalu tutuplah matamu. Bukalah ketika suaraku tak terdengar lagi." Hamba ikuti keinginannya. Hamba tutup mata hamba, dan berbaringlah. Riangnya hati
hamba, sebentar lagi hamba akan berjumpa dengan istri sempurna. Jodoh hamba akan hadir. Ah, suara itu hening.

Hamba mulai memicingkan mata. Hamba lihat di sekeliling. Mengapa yang terlihat hanya gumpalan-gumpalan tanah yang kecoklatan? Mengapa begitu sejuk? Kemudian hamba melihat
pakaian hamba. Putih! Semua serba putih. Bukankah ini kain kafan? Alam barzah, pikir hamba. Lalu hamba melihat sesosok tubuh datang menghampiri, begitu bercahaya, cantik
rupawan.

"Siapa anda?"

"Hamba adalah amalan anda. Hamba tercipta dari anda, istri sempurna yang anda ciptakan sendiri. Menikahlah dengan hamba, sambil menunggu semua manusia kembali ke
alam sunyi ini."

Begitulah kabar hamba kali ini. Ada lagi yang mau mencari istri sempurna?

^Back to Top^

Berfikir Tentang Hati Manusia

[Daarut-Tauhiid]


Manusia memanglah makhluk yang aneh. Di dalamnya ada sekerat daging yang jika dia baik maka baik pula seluruhnya. Sebaliknya jika sekerat daging itu jelek maka seluruhnya menjadi jelek pula. Dialah hati. Jadi hati adalah semacam centre of activities. Kita harus hati-hati benar terhadap pengaruh yang ditimbulkan hati ini. Dia bisa terbolak balik, kadang menjadi sangat bagus, akan tetapi kadang pula menjadi sangat jelek. Sifat-sifat egois, mau menang sendiri, ambisius adalah sifat-sifat dari hati yang kadang tanpa kita sadari bukannya kita berusaha untuk mengendalikannya akan tetapi justru kita yang terkendalikan. Dan sejauh mana kita berusaha untuk mengendalikan hati ini, maka sejauh itu pula kita diberi reward ataupun punishment dari Allah berupa pahala dan dosa. Tentunya dengan kelipatan sesuai dengan Maha Pengasih dan PenyayangNya.

Satu hal yang perlu kita ingat, (tentunya dengan tanpa berusaha menafikan takdir dan kekuasaan Allah), bahwa kita bisa mengendalikan hati. Baik itu hati kita sendiri maupun hati orang lain. Cobalah anda olok-olok seseorang. Jika dia tersinggung, itu telah menunjukkan kepada kita bahwa kita telah berhasil mempengaruhi hatinya. Coba pula anda sanjung seseorang. Jika dia merasa bangga dan senang, itu pula telah menunjukkan bahwa hatinya telah kita pengaruhi. Coba pula membaca buku yang sangat menyentuh perasaan, jika anda ikut larut maka sudah terpengaruhlah hati anda. Cobalah untuk merenungi suatu peristiwa, jika anda ikut larut maka sudah terpengaruh pulalah hati anda. Indikasinya adalah perubahan dari semula pada posisi tertentu menjadi posisi yang lain. Jika dianalogkan dengan gaya, maka resultannya telah berubah. Sudah tidak pada posisi semula.

Dalam konsep Islam, untuk merubah seseorang menjadi sesuai dengan keinginan kita, maka seranglah hatinya. Dia akan tidak berkutik lagi. Jika hatinya sudah kena, maka dengan segala kesadaran dia akan mengikuti apapun yang kita inginkan, meski sinyalemen ini tidak sepenuhnya teruji, karena di sana masih ada akal pikiran yang turut mempengaruhi juga. Korelasi antara hati dan akal pikiran sangatlah kuat dan besar, utamanya bagi mereka yang lumayan intelek.

Berikut pembahasannya.

Orang bisa saja memerintah seseorang dengan kekuasaannya terhadap seseorang untuk mengikuti apa yang dikehendakinya. Akan tetapi perintah itu hanya akan dia laksanakan karena keterpaksaan, mungkin karena takutnya akan diambil sebagian haknya, ex: nyawanya, anaknya, kelangsungan hidupnya, ataupun apapun yang dia merasa mencintainya. Konsep ancaman (kalau boleh saya katakan demikian, red) yang coba untuk dia terapkan seperti itu tidak akan langgeng. Kekuasaan atas orang lain baginya hanya akan selintas saja.

Begitu ada kesempatan untuk melepaskan diri dari itu maka orang lain itu akan segera berusaha untuk lepas. Islam berbeda. Untuk mendapatkan kekuasan atas orang lain (mengendalikan), harus ditaklukkan sisi hati dia yang terdalam. Yang mana sisi ini tidak akan bisa di lawan begitu saja oleh sisi hati yang lain (yang tentunya lebih luar), karena memang sisi inilah yang bertalian langsung dengan Sang Penciptanya. Yakni sisi keinginan untuk mencari kebenaran dari Tuhannya, Sang Penciptanya. Sisi pencarian kepada Tuhan.

Ketika hati sudah membenarkan apa yang kita sampaikan, maka disitulah dirinya sudah kita dapatkan. Akan tetapi dapatnya kita atas dia itupun sesungguhnya bukanlah murni hasil kita, akan tetapi adalah kepunyaan Sang Pencipta, karena dengan cara yang Dia tetapkanlah kita mendapatkan hatinya. Jadi follow up dari usaha kita itupun harus dengan menggunakan syariatNya. Ketika sudah ada perasaan ini adalah usahaku, maka disitu pula kita sudah melenceng dari syariatNya, karena tuntunanNya tidaklah demikian.

Bahwa hidayah itu dari Dia. Ketika sudah ada perasaan dalam diri kita untuk memanfaatkan keuntungan ini untuk diri sendiri, maka disitu pulalah kita sudah jatuh dan menjadikan indikasi awal kejatuhan kita ke lembah yang lebih dalam lagi pada waktu-waktu selanjutnya. Karena sesungguhnya tidak ada kekuasaan manusia atas manusia yang lain. Sesungguhnya satu-satunya yang berhak menebar kekuasaan atas makhluk hanyalah Dia. Usaha kita untuk menebar pengaruh atas manusia harus dalam koridor menebar syariatNya, agar tidak menjadikan jatuhnya kita. Hanya dengan inilah akan tercapai kebahagiaan hakiki, karena inilah yang sesuai dengan hati nurani kita
maupun hati nuraninya(yang kita pengaruhi).

Nah, jalan untuk mendapatkan hatinya itupun harus menggunakan lorong pikiran dia. Yakni alam pikiran yang sesuai dengan alam pikirannya. Karena Allah menciptakan akal pikiran pada manusia adalah sebagai alat untuk mencapai ma'rifat(mengenal) kepadaNya.
Rasulullah mampu mendapatkan begitu banyak pengikut yang selalu setia untuk mendampinginya meskipun nyawa adalah taruhannya. Karena mereka tahu bahwa apa yang dibawa oleh Rasulullah adalah kebenaran. Sebuah ajaran yang akan menghubungkan dia dengan Tuhannya. Ini sudah mereka rasakan. Tidak akan mungkin seseorang dengan tanpa tipu daya dari setan(musuh yang nyata bagi manusia) mampu mempengaruhi dan mengendalikan manusia. Akal mampu melogika, lalu membenarkan. Karena sesungguhnya apa yang dibawa oleh Rosulullah adalah kebenaran yang datang dari Sang Pencipta dan Pengatur atas hambaNya (yakni hambaNya yang bernama manusia) yang mana pasti sesuai dengan hati dari manusia tersebut, karena Dia pulalah yang sudah mensetting hati
manusia ini dengan apa yang akan Dia risalahkan kepada nabiNya, Muhammad.
Bahkan seorang kafir sekalipun sebenarnya mengakui akan kebenaran Al Islam. Akan tetapi dia tetap saja tidak bergeming untuk mengimani itu karena potensi hatinya yang lain, yakni hawa nafsunya telah tersalurkan kepada hal yang salah tanpa dia berusaha untuk mengendalikannya ke arah kebaikan dan Nur Ilahi. Karena dia tidak berusaha untuk itu maka setanpun senang dan menungganginya dengan segala kenikmatan dan kebahagiaan sesaat dengan membumbu-bumbuinya dengan segala rasa, sehingga akhirnya mampu menjerumuskannya ke lembah kecelakaan, na'udzubillah tsumma na'udzubillah
min dzalik.

Untuk menaklukkan hati manusia sebenarnya gampang saja. Seseorang dengan memberikan perhatian kepada seseorang, lambat laun akan takluk juga hatinya. Ini fitrah hati.
Seorang murabbi hendaknya memaksimalkan potensi ini dalam rangka merebut dan menguasai hati anak buahnya untuk ber-Islam secara kaffah. Sesudah itu hendaknya pula janganlah sampai si murabbi terkena ambisi pribadi untuk mengarahkan anak buahnya itu sesuai dengan kemauannya, akan tetapi hendaknya sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Allah melalui petunjuk dalam Al Qur'an yang mulia. Karena kalau sampai dia berbuat demikian(dengan ambisi pribadinya), maka inilah indikasi awal kejatuhannya. Penguasaan atas si anak buah menjadi tidak atas koridor ajaranNya. Menjadikan tidak
singkron lagi dengan hati nuraninya. Si anak buah yang sudah tersibghoh Islam itupun bisa-bisa lari. Karena mulai menemukan kejanggalan.

Seorang pemuda dalam rangka untuk mendapatkan gadis yang dicintainya biasanya banyak menggunakan trik "perhatian" ini untuk menaklukkan hati si wanita pujaannya itu. Memberikan bunga, surat-surat godaan, selamat, bahkan sampai dengan seringnya menelepon adalah bentuk-bentuk dari perhatian itu. Dan lama kelamaan jika dari sononya si gadis itu memang lemah hatinya, maka dengan gampang saja akan terpikat. Akan tetapi jika hatinya kuat(ketahanan yang bagus), si pemuda harus dengan tenaga ekstra untuk mendapatkannya.

Perlu perhatian dengan trik-trik khusus. Harus tahu ilmunya. Akan tetapi satu hal yang harus diperhatikan pula dari kasus ini adalah motivasi. Dalam kasus di atas, seorang pemuda yang kurang tersibghoh dengan agama(Islam), maka motivasi dia mengejar-ngejar gadis idamannya adalah bukan karena Allah semata. Bisa jadi karena kecantikannya, hartanya, popularitasnya dsb. Atau bahkan bisa jadi pula hanya demi untuk mengejar trend dan budaya yang berkembang saat itu, misalnya saja budaya pacaran. Takut akan dikatai tidak laku jika tidak pacaran. Hal ini malah sama saja
dengan bunuh diri baginya. Karena hal ini tidak akan singkron dengan hati nuraninya(sisi hati yang sesuai dengan syariat Allah). Mungkin bisa jadi tetap saja diterima oleh si gadis. Akan tetapi jelas penerimaan si gadis itu pasti bukan atas dasar hati nuraninya akan tetapi mungkin saja karena nafsu belaka. Karena ketampanan si pemuda, misalnya, atau kegagahannya, hartanya dsb. Dan hubungan laki-laki dan perempuan semacam ini tentu tidak akan menghasilkan kebahagiaan hakiki karena tidak sesuai dengan yang dikehendakiNya. Hanya kebahagiaan sesaat. Kebahagiaan jangka pendek. Lalu muspro hilang entah kemana kebahagiaan itu. Jangankan sampai akhirat, di
dunia saja mungkin belum begitu lama saja sudah hilang.

Lihatlah perceraian yang begitu ngetrend di kalangan selebritis. Maka dari itu hendaknya dalam kasus seperti ini, dalam mengejar(berburu) gadis atau pemuda(maaf, jika bahasanya terlalu kasar, red), hendaknya hanya untuk mecari ridho Allah semata. Jika Allah ridho maka tidak akan ada ganjalan yang berarti untuk ditaklukkan. Justru menjadi suatu tantangan tersendiri baginya yang dimotivasi langsung oleh Allah dalam Al Qur'an dengan "Kuntum Khoiru ummah...".pasti mampu mengatasi semuanya. Jadi
menjadikan dirinya mendapatkan dorongan semangat tersendiri dari Allah.
Menjadikan dirinya merasa benar-benar diperhatikan oleh Sang Pecipta dan Pengatur segala kebutuhannya.

Soal kecocokan dalam sifat dan sikap yang lainnya itu tentu tidak lepas dari ketentuan Allah yang lain, yakni: jodoh itu sudah ditetapkan atas tiap seseorang. Jadi ini adalah peranan yang sangat penting pula dalam jadi ataukah tidak jadi dengan seseorang yang diidamkan. Jadi untuk memperbesar peluang kita dalam bercita-cita untuk mendapatkan kekasih yang istiqomah dijalanNya, hendaknya gunakan pula cara-cara yang sesuai dengan yang dikehendakiNya. Jangan sekali-kali terpengaruh dengan cara- cara yang tidak ada sumbernya dari ajaranNya. Jangan pernah berpikir yang penting dapat dulu, baru kemudian agama bisa diupgrade nantinya, bisa sama-sama taubat.

Adalah pemikiran konyol. Demikian juga sebaliknya, jika ingin mendapatkan gadis yang tidak berusaha istiqomah di jalanNya(mungkin hanya karena keinginan akan kecantikannya, hartanya dsb), maka jangan gunakan caraNya. Tidak akan pernah nyambung. Tapi satu hal yang perlu diingat bahwa di luar keistiqomahan di jalanNya
itu, semuanya tidak akan pernah membawa kebahagiaan hakiki kepada kita baik di dunia maupun di akhirat. Suami istri yang menjalani pernikahan tanpa atas dasar cinta kepadaNya, jika bahagia hanyalah kebahagiaan sesaat. Dan ancaman bubar itu akan selalu bergelayut di atap rumah mereka.

Wahai para pemuda dan pemudi yang ingin menikah, tunaikanlah keinginan kalian melalui cara yang sesuai dengan syariatNya. Dengan menancapkan keinginan hanya kepada apa yang disukai Allah maka segalanya akan beres. Karena pada dasarnya itulah yang sesuai dengan hati kita yang paling dalam dan suci, yakni hati nurani. Karena hati nurani
pasti sesuai dengan syariat Islam karena memang sudah disetting untuk itu.
Mungkin hanya kadang-kadang hati nurani ini terlalu banyak tertutupi oleh hawa nafsu yang tidak kita kendalikan sehingga menghalangi cahayaNya untuk masuk dan bereaksi dengan hati nurani ini. Jadi kendalikankanlah hawa nafsu sesuai dengan hati nurani dan cahayaNya. Dihancurkan dari luar dan dalam. Jika cahayaNya telah bereaksi dengan hati nurani ini, maka sungguh akan tercapai suatu perpaduan yang akan menimbulkan kekuatan yang luar biasa yang akan mampu menghancurkan apapun juga yang tidak sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Allah. Menjadikan manusia yang memperoleh reaksi ini tanpa punya rasa takut kepada apapun juga. Dia hanya tunduk dan patuh kepada Tuhannya.

Pesan terakhir:
ISTIQOMAHLAH DI JALANNYA. BERHATI-HATILAH AKAN KEINGINAN HAWA NAFSU. JALANI HIDUP SESUAI DENGAN SYARIATNYA. TEGUHKAN HATIMU DI SANA, LALU BERTAWAKALLAH KEPADANYA.

Wallahu a'lam bishowab.

^Back to Top^

Wednesday, October 20, 2004

Bila Dia Tak Seperti yang Dibayangkan

sumber : http://www.eramuslim.com/ar/kg/48/12309,1,v.html
Publikasi: 04/08/2004 09:37 WIB

Bayangan tentang pasangan sebelum menikah tak sepenuhnya mirip dengan realitas yang dihadapi setelah pernikahan. Akan ada hal di luar dugaan tentang pasangan yang kita temui. Lalu, jika kejutan yang muncul itu buruk, bagaimana cara menyikapi dan mengantisipasinya.

Hanifah (bukan nama sebenarnya) benar-benar shock. Sore ini ia memergoki suaminya, yang baru menikahinya beberapa hari lalu, mamiliki tattoo pada pangkal lengannya. Tattoo bergambar laba-laba itu terpatri permanen di pangkal lengan kanannya.

Ini memang kejutan besar bagi Hanifah. Pasalnya, suaminya memang dikenal sebagai pria saleh yang berhati lembut oleh teman-teman dekatnya. Siapa yang sangka dia mantan preman. Ketika ta'aruf di saat proses pernikahannya Hanifah tak berminat bertanya tentang masa lalu pria yang kini telah menjadi suaminya itu. "Toh semua orang
disekitarnya mengatakan dia orang baik, buat apa lagi mengorek masa lalunya," Begitu fikirnya waktu itu. Namun kini ketika ia menemukan tattoo itu tak urung Hanifah merasa mendapat kejutan besar.

Hanifah benar dengan sikapnya yang tak mau mengorek aib masa lalu dari orang yang ingin meminangnya itu. "Mengenai aib masa lalu, kalau memang dia sudah taubat, menurut saya tidak usah lagi dicari-cari. Biarlah berlalu. Allah saja menutup aib, mengapa kita tidak bisa? Yang penting sekarang dia sudah baik," Begitu pendapat Herlini. Namun keterkejutan, juga manusiawi , siapa yang membayangkan seorang yang
lembut hati, rajin beribadah pula memiliki tattoo di lengannya.

Untungnya Hanifah cepat tersadar dari keterkejutannya itu, sehingga perasaan dan pikirannya tak terhanyut dalam masalah itu. "Yang penting sekarang ia sudah jadi laki-laki yang sholeh," katanya dalam hati. Ia pun mengukuhkan kembali niat menikah adalah untuk menjadikan rumah tangga sebagai ladang amal bagi dirinya.

Apa yang dialami oleh Hanifah merupakan salah satu bentuk kejutan yang mungkin muncul setelah pernikahan. Munculnya sifat atau kebiasaan buruk yang selama ini tak pernah terungkap dapat menimbulkan percecokan yang berkepanjangan. Apa lagi pada pasangan
yang mengawali pernikahan mereka dengan pacaran. "Aku kenal dia dulu tak seperti ini!" Biasanya kalimat seperti ini yang keluar dari mulut mereka, plus ekspresi yang penuh kejengkelan.

Lalu bagaimanakah menanggulangi masalah ini? Berikut pendapat beberapa nara sumber yang dihubungi Safina.

Fauzil Adhim, Psikolog

Memang menurut Fauzil Adhim, pacaran membawa resiko sulitnya merubah persepsi tentang pasangan. Orang akan memandang pasangannya seperti apa yang ia ketahui dulu. Jika sekarang ia menemukan sesuatu yang berbeda, ia jadi sulit menerima dan menyesuaikan diri.

Di sinilah letak pangkal masalahnya. Menurut Fauzil persepsi tentang pasangan akan menumbuhkan harapan-harapan tertentu terhadap perkawinan. Resiko dari setiap haarapan adalah kekecewaan, dan kekecewaan tentu saja akan mempertajam perselisihan dan memperlemah kemampuan menyesuaikan diri.

Lebih lanjut Fauzil menjelaskan, "Jika marital expectation (angan-angan perkawinan, red) berbanding terbalik dengan marital satisfaction (kepuasan perkawinan), tidak demikian halnya dengan marriage orientation (orientasi atau landasan menikah). Semakin mendasar orientasi perkawinan seseorang, insya Allah semakin mudah meraih kebahagiaan perkawinan." Ini artinya kebahagiaan perkawinan lebih berkait dengan apa yang menggerakkan seseorang menikah dan menjalani pernikahan.

Menurut psikolog yang juga dikenal sebagai Ustadz ini, hadits-hadits tentang pernikahan dan memilih jodoh lebih banyak mengajarkan soal membangun marriage orientation yang baik, mantap dan mendasar. "Ini mempengaruhi komitmen kedua pihak. Jika harapan membawa kita banyak menuntut pasangan, maka komitmen lebih membimbing kita untuk menerima dan pada saat yang sama berbuat," katanya.

Fauzil kembali menegaskan, "Kenyataannya, yang banyak mempengaruhi percekcokan dan kehancuran rumah tangga bukanlah masalah pengenalan yang kurang mendalam dan ketidaksesuaian pasangan dengan bayangan semula."

Baginya yang terpenting adalah memiliki sikap mental yang dewasa dan matang. "Bahwa ada perbedaan, itu sangat wajar. Ada yang tidak kita sukai, juga sangat wajar." Ia menambahkan, terhadap diri sendiri pun, seringkali ada yang tidak disukai. Ia mengambil contoh misalnya seseorang ingin menjadi orang yang rajin qiyamul lail, tetapi sering tak sanggup bangun meski saat itu sudah terjaga. "Ini jelas tidak ia
sukai, dan orangnya adalah dirinya sendiri. Tetapi apakah karena itu ia harus menyakiti diri sendiri? Tidak. Yang diperlukan adalah menata, memperbaiki dan memulihkan (jika sebelumnya baik)." Jadi yang terpenting adalah bagaimana kita melakukan penyesuaian diri, menyatakan ketidaksetujuan dan ketidaksukaan serta bagaimana cara mengubah sikap pasangan.

Bagaimana kalau dia tidak mau diubah? "Pertanyaan itulah yang justru membuat perubahan tidak mungkin terjadi. Ini pertanyaan pesimistik, dan membuat kita cepat lelah."

Bagi Fauzil segala sesuatu bersifat tadarruj (bertahap). Tanpa melalui tahap-tahap yang wajar, yang terjadi bukan perubahan positif. "Tetapi kenapa kita tidak tahan menjalani proses perubahan? Sepanjang pengalaman klinis, orang yang tidak sabar berproses umumnya justru orang yang memang perlu memperoleh terapi, karena merekalah
sesungguhnya yang paling bermasalah, meskipun kelihatannya baik-baik," tuturnya. Ada yang harus dibenahi dalam diri mereka, dalam jiwa mereka. Atau mereka merasa dirinya sangat baik, bahkan teramat baik atau malah sempurna, sehingga maunya pasangan berubah seketika, saat itu juga.

Memang adakalanya keluhan tentang pasangan yang tidak mau berubah disebabkan oleh persoalan psikologis pasangan, tetapi itu sifatnya kasuistik. Sesuatu yang bersifat kasuistik, tidak bisa dijadikan dalil umum.

Sebenarnya ada kekuatan besar yang mampu membuat orang tangguh dalam menghadapi segala kesulitan, termasuk problema rumah tangga, kekuatan ini bernama niat. Dalam bahasa psikologi sering diungkapkan dalam istilah intensi, motivasi maupun orientasi. "Ini mempengaruhi persepsi kita dalam menghadapi segala sesuatu," kata Fauzil.

Seorang petualang, menganggap kesulitan saat mendaki gunung sebagai tantangan yang memberi kebahagiaan, kepuasan dan makna. Mereka bahkan sengaja melewati jalur sulit yang belum pernah, atau sangat jarang, dilalui pendaki lain. Tetapi seorang yang datang ke gunung sekedar untuk rekreasi dan memperoleh nikmatnya pemandangan, sulitnya medan akan terasa sebagai derita berkepanjangan.

Menikahpun demikian, ada yang berangkat dengan bekal mental sebagai petualang yang ingin menancapkan cita-cita besar, ada yang berangkat dengan romantisme belaka, tetapi dirinya sendiri tak sanggup membangun suasana romantis. "Nah, kunci dari semua itu adalah niat, termasuk bagaimana kita memandang pernikahan serta bagaimana kita
menempatkan pernikahan, sebagai tempat untuk dilayani saja," tutup Fauzil Adhim.

Herlini Amran, Ustadzah

Herlini mengatakan ada dua hal yang harus dilakukan setiap pasangan untuk mencapai kebahagiaan yaitu ta'aruf pasca nikah yang mendalam serta membangun komitmen pernikahan sejak awal. Ia menjelaskan, "Pertama-tama yang harus kita ingat, proses pernikahan yang kita lakukan adalah tanpa pacaran. Nah, setelah menikah diperlukan proses ta'aruf yang lebih mendalam. Dan sebelum pernikahan terjadi, sudah ada kesepakatan bahwa pernikahan ini adalah membentuk rumah tangga sebagai ladang amal atau ladang ibadah."

Herlini juga berpendapat orientasi dan komitmen pernikahan ini dapat menumbuhkan rasa saling memahami di saat munculnya perbedaan antara suami-istri. Ia menambahkan, "Dengan komitmen awal yang dibuat sebelum menikah tadi maka kita ada keinginan untuk saling membahagiakan pasangan kita."

Ta'aruf pasca nikah dilakukan dengan banyak-banyak dialog dan komunikasi. "Biarkanlah pasangan kita yang mengenalkan dirinya pada kita. Misalnya dengan mengatakan, 'saya tuh orangnya begini, begitu,kalau saya marah kamu diam dulu, nanti kalau suasana adem baru perbincangan dilanjutkan.'," katanya.

Selain itu dituntut sikap saling menerima kekurangan pasangan kita, tentunya masing- masing pribadi juga harus mau saling membangun dirinya sendiri.

Menurut Herlini, "manusiawi sekali jika seorang suami atau istri kurang berkenan dengan perilaku pasangannya." Tapi itu bisa diredam dengan banyak-banyak berlapang dada, sabar. "Yang penting diingat, kita tidak mungkin membandingkan diri kita dengan pasangan kita, karena pakaian kita belum tentu cocok dengan orang lain," kata
ustadzah muda ini.

Kunci keberhasilan menyikapi perbedaan karakter dengan pasangan adalah syukur dan bersabar. Bersyukur dengan nikmat yang Allah berikan, dan bersabar dengan kekurangan pasangan.***

Mengenal Pasangan Pasca Pernikahan
(Pengalaman Ali Muakhir Penulis Novel dan Komik)

Sebelum menikah dulu, saya sudah mengenal istri saya sekitar 1,5 tahun. Memang tidak kenal begitu dekat, tapi sudah terekam dalam benak saya, dia tuh orangnya seperti ini, sifat-sifatnya kira-kira seperti itu. Dan saya sama sekali tidak mencari sumber informasi untuk menggali tentang istri saya, saya yakin saja. Memang sih waktu
proses khitbah dulu sempat dapat telepon yang mengatakan sesuatu yang tidak enak tentang istri saya. Saya sempat shock, tapi karena berita itu tidak jelas, saya anggap itu cobaan, dan saya maju terus.

Setelah menikah, rasanya wajar kalau kita menemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan harapan kita pada pasangan. Kuncinya bagi saya adalah komunikasi. Masalahnya istri saya itu sangat pendiam, sangat sulit untuk membuatnya terbuka. Seringkali saya berusaha memancing dia untuk banyak bercerita,banyak curhat, tapi sulit. Dia selalu
takut salah ngomong, jadi kalau berbicara juga sangat memilih kata, sehingga susah untuk tahu isi hatinya yang mendalam. Sampai sekarang kita sudah lima bulan menikah, saya masih terus berusaha mengenal dia.

Untuk saling mengenal dan mencari tahu tentang pasangan, biasanya kita mengadakan koreksi atau evaluasi. Dulu awal menikah, seminggu sekali setiap Sabtu saya ajak dia makan di luar. Di sana kita review saling bicara, saling terbuka, kira-kira ada tidak sih tingkah laku saya yang menyakiti dia, atau apakah kita telah melakukan kesalahan,
demikian pula sebaliknya. Proses evaluasi itu terus diupayakan, tapi sekarang sudah sebulan sekali, mungkin nanti tiga bulan sekali, pokoknya harus ada. Dari sana kan komunikasi terbangun, dicari jalan keluarnya, bagaimana mencari solusinya, dan ada upaya memperbaiki diri.

Saya lebih suka menggali segala sesuatunya tentang istri secara langsung, tidak melalui orang lain, karena saya takut yang saya dapatkan kurang enak, nanti kitanya jadi berpikir negative. Dan saya lebih suka apa adanya. Apa adanya diri kita ya kita jabarkan.

Karena saya sulit membuat istri saya yang pendiam menjadi banyak bicara, terutama untuk mengungkapkan isi hatinya, saya cari solusi dengan tulisan. Ternyata berhasil, bahkan dia bisa marah-marah lewat sms atau note.

Sebagai contoh, saya orangnya terlalu mandiri dari dulu, awalnya saya tidak menyadari kalau kemandirian saya membawa masalah bagi istri saya, dia jadi merasa tidak dilibatkan dalam mengambil keputusan. Sekarang saya selalu mengupayakan apa-apa saya bicarakan. Sebagai suami saya tidak mau mengekang dia, dia mau kemana asal ijin, saya
tidak masalah. Saya nggak mau membuat dia terpaksa.

Selain komunikasi, saya juga menekankan kita harus memulai dari hal yang kecil. Dari evaluasi itu terbaca apa kesalahan kita, jadi kita ubah secara bertahap.

^Back to Top^