Monday, December 20, 2004

Duhai Para Suami

diambil dari Myquran.or.id by dadan albanna




"Sebaik-baiknya kamu adalah orang yang paling baik terhadap istri dan aku adalah orang yang baik di antara sekalian terhadap istri" (At-Turmudzi)

Suatu hari dalam perjalanan pulang ke rumah di sela-sela kemacetan, saya melihat dengan jelas seorang laki-laki dengan kasar menyuruh perempuan yang sedang diboncengnya untuk turun dari motor.
Tampak sekali perempuan tersebut ketakutan. Airmatanya bercucuran, dengan gemetar hati-hati ia turun.

Rupanya yang menyebabkan laki-laki itu kalap adalah tangisan rewel sang bayi yang sedang di gendong. Setelah menumpahkan sumpah serapah kepada perempuan yang tidak berdaya itu, dengan seenaknya dia pergi. Tinggallah si perempuan kebingungan, mengendong bayi munyil yang menangis
tak kunjung berhenti.

Dua ibu dalam angkot yang sedang saya naiki, spontan turun. "Sabar ya dek,biarin aja si keparat itu pergi" dengus si ibu yang berbaju biru. "Adek mau kemau? Sekarang Adek pulang, kasihan anaknya nagis terus" kali ini ibu yang berbaju hitam yang bertanya.

Perempuan itu gemetar, kelu lidahnya berkata " Ibu, boleh saya pinjam uang 500 untuk ongkos. Suami saya pergi begitu saja tanpa memberi uang". Ibu-ibu tadi spontan membuka tas dan memberi uang.
Dan airmata itu, melimpahi kami rasa kasihan.

Hari lain, dalam bus yang mengantar saya ke kampung halaman. Disebelah saya duduk perempuan sederhana, berpakaian sangat sederhana tanpa bawaan yang berarti, hanya mengapit tas kresek hitam.
Tapi yang tidak sederhana, sejak tadi lirih mulutnya berucap" Laa Hawlaa Walaa Quwwata Illabillah".

Dalam kesempatan selanjutnya saya mengetahui ia sudah berkeluarga dan mempunyai beberapa orang anak. Suaminya menganggur, dan ia yang menanggung beban nafkah untuk keluarga dengan menjadi buruh kasar di pasar kebayoran. Tapi bukan itu yang membuat ia kurus kering dan sakit-sakitan. Perilaku
kasar suaminya yang sering menganiaya dan melecehkannyalah yang membuat dia tersiksa.

Tanpa risih ia memperlihatkan telapak tangannya yang melepuh akibat banyak sundutan rokok. "Masya Allah Ibu!" reflex saya menutup mulut dengan tangan kanan. Ia tertunduk dan airmata itu, tertumpah begitu saja.

Hari lain lagi, "Mbak saya ditinggalin suami pas saya hamil 7 bulan". Dia mulai bercerita.
"Suami saya tertarik wanita yang lebih cantik". tambahnya tanpa beban.
Kini giliran saya yang memandangnya lekat, seorang perempuan muda yang tegar, hati saya membatin.

Saya baru mengenalnya beberapa bulan. Selama itu saya mengagumi pergulatan hidupnya. Perempuan yang kuat, buktinya dia membesarkan anak laki-lakinya yang hampir berusia setahun seorang diri. Dia pekerja keras meskipun pendapatannya tidak sebanding dengan pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan si kecil. "Kalau tidak anak ini, entahlah mungkin saya hanya tinggal nama, mati bunuh
diri". tambahnya.

Saya kagum dengan ketegarannya, tapi ternyata dugaan saya salah, beberapa menit kemudian ia terisak kecil selanjutnya tersedu-sedu. Dan airmata itu menganak sungai dipipinya yang tidak pernah terlihat dipoles bedak.

Saya menyakini banyak fenomena tidak manusiawi yang diperlakukan para suami terhadap istri.
Lihat saja berita-berita diberbagai media masa, itu baru yang terekspos. Perilakuan tidak wajar bahkan kekerasan suami terhadap istri bisa dikatakan sebagai masalah internal rumah tangga.
Sebuah aib sehingga istri harus memaksakan diri menelan bulat-bulat pil pahit perlakuan suaminya.

Apa yang menyebabkan suami begitu tega terhadap istrinya?
Menurut saya suami yang demikian tidaklah gentle, karena ia hanya berani pada seorang perempuan. Perempuan yang seharusnya dilindungi. Perempuan yang seharusnya mendapatkan perlakuan yang baik karena telah begitu banyak berjasa. Istri adalah perempuan yang mengandung anaknya dengan
susah payah dalam hitungan waktu yang tidak sebentar, setelah itu mempertaruhkan nyawa untuk proses melahirkan. Istri yang menyediakan makanan untuk seluruh keluarga, bahkan menyediakan
telinga untuk menjadi pendengar yang baik, menyediakan stock kata-kata untuk menghibur suami dan anak yang sedang dalam masalah bahkan mungkin sekaligus solusinya.

Apakah ada alasan setelah istri berbuat yang terbaik untuk keluarganya mendapatkan perlakuan yang sewenang-wenang?

Kepada para Suami, ingatlah istri adalah sesuatu yang istimewa.
Sayangilah ia karena dia adalah penyejuk mata, pembangun rumah tangga yang menjelma surga. Bimbinglah istri dengan lemah-lembut, karena ia diciptakan dengan banyak anugrah mulia.
Jangan pernah mencampakkan istri untuk kondisi apapun, karena ia adalah ibu dari anak-anak yang kau bina bersama.

Ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya jangan pernah meruntuhkan madrasah pembentuk karakter bangsa.

Tersenyumlah untuk segala hal yang dipersembahkan kepadamu. Berjanjilah untuk tidak membuatnya mengeluarkan airmata, airmata kedukaan. Tirulah Rasullah yang selalu berbuat baik kepada istrinya.
Dalam hadistnya beliau menekankan "Sebaik-baik kamu adalah orang yang paling baik terhadap istri, dan aku adalah orang yang paling baik diantara sekalian terhadap istri".(At-Turmudzi), bahkan beliau pernah bersabda; "Barang siapa yang pernah mengembirakan wanita (istri), seakan-akan menangis karena takut kepada Allah. Barang siapa menangis karena takut kepada Allah, maka Allah mengharamkan tubuhnya dari api neraka".

Jadi untuk para suami, tunggu apa lagi? (untuk Akhwat-akhwat yang sholihah, bersabarlah.....)

^Back to Top^